Cerita Perjalanan Backpacking Bali-Lombok (lanjutan)
Baiklah teman-teman pembaca yang budiman, pertama-tama izinkan saya meminta maaf atas keterlambatan penerbitan jurnal lanjutan gw kali ini. Mungkin kalo diizinkan beralasan, ini semua karena mood yang angin-anginan datangnya ditambah waktu dan kesibukan-kesibukan yang begitu menumpuk di kampus.
Namun akhirnya sesuai janji, lanjutan daripada jurnal backpacking ke bali dan lombok tetap akan gw terbitkan meskipun itu sudah terlihat basi :p
Oke, langsung saja, mudah2an tetap semangat dan antusias membacanya. Enjoy!
Lanjutan dari : Cerita Perjalanan Backpacking Bali-Lombok (Bali Series)
World Cup On The Water
Namun akhirnya sesuai janji, lanjutan daripada jurnal backpacking ke bali dan lombok tetap akan gw terbitkan meskipun itu sudah terlihat basi :p
Oke, langsung saja, mudah2an tetap semangat dan antusias membacanya. Enjoy!
Lanjutan dari : Cerita Perjalanan Backpacking Bali-Lombok (Bali Series)
World Cup On The Water
Setelah mencari-cari taksi, akhirnya kita mendapatkan taksi dan tawar boleh tawar harga taksi untuk mengantar kita ke Pelabuhan Lembar adalah IDR 220.000 . Kalo dibagi 3 kira-kira 73ribuan, agak mahal sih tapi gakpapa lah soalnya sudah sore dan kita harus menuju ke Lombok hari itu juga sedangkan angkutan yg menuj langsung ke Pelabuha Lembar dari Kuta tidak ada. Gak pake basa-basi ransel kita masukin ke bagasi dan mobil langsung melaju kencang...
Tukang Curhat! |
Selama perjalanan gw gak ngeliat ada kendaraan umum yang menuju Pelabuhan Padang Bai, maka keputusan kita untuk naik taksi kiranya cukup bijak kali ini.
Pukul 18.08 tepat kita sampai di Pelabuhan Padang Bai Bali. Setelah berpisah dengan Pak Nyoman si tukang curhat, kita langsung berjalan mengurusi administrasi untuk nyebrang ke Pulau Lombok. Sangat disayangkan bahwa kondisi Pelabuhan sangat buruk menurut gw. Kotor dan banyak gelandangan yang tidur di lantai dalam pelabuhan.
Tiket untuk nyebrang dari Pelabuhan Pdang Bai ke Pelabuhan Lembar Lombok lebih mahal dari Pel. Ketapang ke Gilimanuk, bisa sampai 5 kali lipat. Kita bayar IDR 31.000 untuk satu orang.
Sampai di kapal pun kedaan belum begitu baik benar. Kita bakalan duduk saja di kapal ferry selama kurang lebih 5-6 jam. Kalo mau tiduran, ada penyewaan kasur seharga 3000 per kasurnya. Gw sih males, mending tidur di kursi aja sambil nungguin dan nonton pertandingan World Cup Belanda vs Brazil kalo gak salah.
suasana di kapal ferry |
Selama di perjalanan gw sempet juga keluar kapal untuk ngeliat laut (atau mungkin selat lebih tepatnya) yang dialngitnya bertaburan bintang-bintang. Sungguh indah malam itu walaupun gw sadar gw sudah jauh banget dari rumah. Dan hasrat gw untuk menjelajahi Indonesia mulai semakin terpompa saat itu.
Kadang - kadang gw menuju pantry untuk meminta secangkir kopi saat yg lain sudah pada tidur.
Sabtu, 3 Juli 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
Good Morning, Lombok!
Saat gw membuka mata dan langsung melirik ke jaman tangan, waktu menunjukkan pukul 00.30. Kapal sudah berlabuh di pelabuhan Lembar, kita semua langsung bergegas turun dari kapal. Welcome Lombok!
Karena masih tengah malem, kita bingung mau kemana dulu dari pelabuhan itu. Kita putuskan untuk menunggu pagi hari dengan beristirahat. Tidak lama, kita menemukan sebuah musholla langsung saja kita ambil posisi telentang dan beristirahat karena di kapal belum maksimal banget istirahatnya. Tas ransel kita jadiin bantal dan sebisa mungkin kita peluk dengan erat takut terjadi hal-hal yg tidak diinginkan.
Jam 04.30 kita bangun untuk sholat subuh. Setelah sholat subuh kita langsung cari warung untuk sarapan, masih di daerah Pelabuhan. Kali ini sudah banyak mobil=mobil angkutan umum di pelabuhan, tidak seperti tadi malam. Kita sarapan Nasi + Indomie + Teh anget yang harganya cukup mahal : IDR 13.000 Gw gak sempet nawar dulu, soalnya gw pikir harga Indomie yah palinga sama aja di tiap daerah. Atau mungkin dimahalin gw gaktau dah, yg penting kita isi perut dulu.
Sambil sarapan, dari timur tampak matahari mulai terbit di balik tebing menyapa kita seakan berkata, "good morning...".
Santap Pagi di Pelabuhan Lebar, Lombok |
Tiba-tiba datang seorang supir angkot yang menawarkan kita untuk menaiki angkotnya karena angkotnya sudah mau berangkat, tinggal nunggu 3 orang lagi untuk penuh dan langsung berangkat. Gw tanya-tanya dulu tentang lokasi-lokasi yang biasanya dikunjungi di Lombok soalnya kita kekurangan informasi banget soal Lombok. Sopir itu menyarankan ke daerah Sukarare' kalo kita mau lihat kerajinan kain tenun khas Lombok. Lalu Desa Sade kalo kita mau melihat suku Sasak asli Lombok. Tawar boleh tawar, sopir itu setuju dengan harga 100ribu untuk mengantar kita ke dua tempat itu bertiga. Sopir itu kembali ke angkotnya untuk mencari penumpang lain sembari kita menghabiskan sarapan kita. Namun ternyata datang lagi sopir lain yang juga menawarkan jasa yang sama. Tapi kali ini dia menawarkan hal baru. Karena angkotnya masih kosong, dia menawarkan untuk jadi travel kita, dia akan mengantar kita ke Sukarare', Desa Sade, Pantai Kuta, Tanjung An, dan ke Pantai Mawun yang katanya masih "perawan" bahkan orang Lombok sendiri jarang yang tahu, sampai ke Mataram dan akan dicarikan penginapan, yg murah tentunya. Semuanya dengan tarif IDR.400.000 untuk satu mobil, berarti kalo dibagi 3 jadi sekitar IDR 130.000-an. Kita berdiskusi sebentar dan tiba-tiba sopir yg pertama muncul lagi untuk mengingatkan kita bahwa mobilnya udah siap berangkat. Wah, gimana nih kita jadi bingung kalo gini...
Tiba-tiba dateng orang ketiga yg tidak lain adalah kernetnya sopir kedua. Mereka bertiga ngobrol dengan bahasa yg tidak kita ketahui. Tapi sepertinya mereka berdebat tentang siapakah yang berhak mendapatkan kami.
Sopir 1 : "Gakbisa lah, aku yang duluan ketemu dan ngajak mereka ya ini bagianku lah"
Kernet : "Jangan begitu, kamu sudah dapat banyak penumpang di mobilmu, kami belum satupun, sudahlah kita punya rejeki masing-masing..."
Sopir 2 : "Iya sudah lah kamu ke teman saja sampe pelit kayak gini. Kasihan lah sama kami..."
Akhirnya si supir kesatu mengalah dan balik ke mobilnya sambil menggerutu.Kita jadi merasa gak enak. Tapi setelah kita putuskan, kita langsung menerima tawaran sopir kedua itu dan beres sarapan, semua ransel sudah masuk kedalam mobil dan kita langsung menuju Sukarare'.
Kain Tenun Suku Sasak
05.40 kami meninggalkan pelabuhan Lembar, mobil yang kita sewa menyusuri jalanan aspal yang agak sempit untuk 2 arah. Di dalam mobil yang aslinya dijadikan angkutan umum itu kami hanya ber 5, Gw, Kicol, Philip, Supir dan kernetnya. Berasa seperti moil pribadi jadinya soalnya kita bisa selonjoran dan leha-leha karena sangat banyak ruang gerak di mobil.
Sambil jalan, kami pun saling ngobrol dan berkenalan. Si supir namanya Pak Mauri, tubuhnya biasa saja namun perutnya mencuat keluar, seperti sedang menggunakan tas pinggang. Lantas si kernet bernama Bakos, pemuda berumur 21 tahun ini sudah beristri dan memilki 1 anak, dia juga cukup gaul mungkin dikalangan orang2 pelabuhan, dengan badannya yang kurus dan kaosny yg kebesaran ditambah topi yang dipake kebelakang membuatnya seperti anak Hip-Hop. yo!
Kain Tenun Suku Sasak
05.40 kami meninggalkan pelabuhan Lembar, mobil yang kita sewa menyusuri jalanan aspal yang agak sempit untuk 2 arah. Di dalam mobil yang aslinya dijadikan angkutan umum itu kami hanya ber 5, Gw, Kicol, Philip, Supir dan kernetnya. Berasa seperti moil pribadi jadinya soalnya kita bisa selonjoran dan leha-leha karena sangat banyak ruang gerak di mobil.
Sambil jalan, kami pun saling ngobrol dan berkenalan. Si supir namanya Pak Mauri, tubuhnya biasa saja namun perutnya mencuat keluar, seperti sedang menggunakan tas pinggang. Lantas si kernet bernama Bakos, pemuda berumur 21 tahun ini sudah beristri dan memilki 1 anak, dia juga cukup gaul mungkin dikalangan orang2 pelabuhan, dengan badannya yang kurus dan kaosny yg kebesaran ditambah topi yang dipake kebelakang membuatnya seperti anak Hip-Hop. yo!
Ternyata jalanan aspal di Lombok tidak begitu bagus, banyak yang rusak saat kita menuju Sukarare'. Jelas ini membuat susah para wisatawan untuk mengunjungi tempat ini.
Akhirnya setelah sekitar 1 jam perjalanan kita sampai di Sukarare' yang tekenal dengan tempat pembuatan kain tenun khas suku Sasak dan juga berbagai kerajinan tangan lainnya. Jadi tempatnya itu lebih seperti desa kalo gw bilang, jalanannya gak begitu baik dan di kiri kanan terdapat rumah-rumah penduduk. Lalu kita diturunkan ke salah satu rumah yang sekaligus dijadikan toko cinderamata yang bernama "IKHTIAR". Di halamannya terdapat mesin tenun tradisional dari kayu dan bambu, namun sayang saat kita datang belum ada yang bekerja menenun karena jam kerjanya dimulai jam 9 pagi. Kami disambut hangat oleh mas-mas yang gw lupa namanya. Didalam kami melihat-lihat bermacam-macam kain tenun dari yang harganya masuk akal sampai yang bisa bikin gw kere'. Philip juga sempet dipakein 1 set lengkap baju adat orang Sasak dari atas kepala hingga ujung kaki. Jadi kain tenun yang dijual itu salahsatunya adalah bagian dari 1 set pakaian adat yang dipakai si Philip tadi. Kain tersebut dijadikan semacam sarung, namun ikatan sarungnya yang khas dan memiliki filosofi tersendiri. Meliak-liuk dari pusar sampai ujung kaki yang berarti bahwa "Berlika-liku kehidupan didunia pada akhirnya akan berakhir ditanah".
Motif Kainnya pun bermacam-macam, dan yang unik, ada motif yang diberi nama motif subhanlle'. Jadi sejarahnya karena motif ini sungguh begitu rumit untuk membuatnya, sampai-sampai si penenun mengucapkan kalimat "Subhanallah (Maha Suci Allah)" saking rumitnya motif tersebut. Namun karena mungkin lidah orang Sasak agak-agak unik (Sukarara aja dibaca Sukarare'), jadi penyebutannya mengalami mutasi menjadi Subhanalle'.
Kami dibuatkan kopi khas Lombok yang katanya berkhasiat untuk stamina pria oleh si empunya rumah. Enak banget nyruput kopi pagi-pagi gini. Jadi gak enak kalo gak beli sesuatu di tempat ini. hehehe...
Sambil melihat lihat benda lainnya pun kami berbincang-bincang dengan mas-mas yang gw lupa namanya itu tentang adat dan budaya Lombok. Kami diceritakan tentang pertandingan presian yang terkenal itu, yaitu pertandingan antar 2 pemuda menggunakan pemukul rotan. Ternyata si mas-mas inipun pernah mengikuti pertandingan tersebut, padahal badannya kurus kering. Gw jadi pengen lihat deh pertandingannya kayak gimana...
Selain itu, gw juga diceritain tentang sejarah pulau Lombok sampai ke perbedaan dialek di dalam pulau tersebut. 4 dialek di pulau Lombok yang biasa digunakan oleh masyarakat, yaitu Getu geti, ngenu ngeni, menu meni dan briak briku. Tiap daerah belum tentu menggunakan dialek yang sama.
Setelah lama berbincang dan melihat-lihat rasanya tidak enak kalo kita gak beli sesuatu disana sebagai ucapan terimakasih. Jadila kita membeli sebuah kain tenun yang harganya gw juga lupa..hehehehe. Baru setelah itu sekitar pukul 08.30 kita berpamitan sama orang serumah toko IKHTIAR dan bergegas menuju lokasi berikutnya, Desa Sade
Tradisionalnya Lombok
Perjalanan dari Sukarare menuju Desa Sade sungguh agak tidak menyenangkan karena rusaknya jalanan aspal. Gw juga gak ngerti sepenglihatan gw dari pertama kali nginjek Lombok kok gw belom ngeliat jalanan yang mewah di pulau ini. Jangan-jangan yg namanya jalan tol juga gak ada lagi...
Setidaknya ketidaknyamanan perjlanan dapat sedikit terobati dengan cerita-cerita yang disajikan oleh Bakos di mobil, yang terkadang juga membuat kita tertawa terbahak-bahak. Ternyata pemerintah Lombok sedang membangun bandara baru yang katanya akan menjadi bandara internasional dan akan menggantikan bandara Selaparang yang sudah ada sebelumnya. Kita menengok sebentar ke bandara baru tersebut, tapi sepertinya pembangunannya masih sekitar 50%, jadi mungkin masih harus menunggu untuk mendengar kabar di TV kalau Lombok punya bandara baru.
45 menit perjalanan dari Sukarare' kita sampai di Desa Sade, tempat suku sasak asli Lombok bermukim. Kita dipandu seorang guide yang merupakan penduduk sekitar dan sepertinya telah terlatih untuk pandai berbicara seperi seorang salesman. Kita diantar ke dalam untuk melihat kehidupan suku sasak asli Lombok tersebut. Ternyata desa ini sudah dikelola denga baik untuk menjadi tempat wisata yang dapat meraup keuntungan dari wisatawan-wisatawan yang hadir. Jadi penduduk-penduduk disana membuat kerajinan tangan yang dijjakan di depan rumah masing-masing, dan selagi ada wisatawan yang berkunjung ke desa Sade, wisatawan dapat membeli kerajinan tangan tersebut sebagai oleh-oleh. Sayang gw gak dapet oleh-oleh dari sini karena budget-ny agak tipis ^^
Mungkin karena gw dan Kicol mahasiswa teknik sipil dan Philip juga mahasiswa arsitektur, jadi kita sok-sokan menyoroti tentang bangunan-bangunan atau rumah-rumah khas suku Sasak. Nah, rumah adat suku Sasak ini disebut Bale Kadong / Bale Alo. Bentuk atapnya seperti trapesium tanpa sisi atas, lalu atapnya terbuat dari daun-daun rerumputa yang dikeringkan dan langsung dipasang diatas rumah. Ada yang unik dari rumah adat ini, yaitu lantainya yang dilapisi oleh kotoran sapi^^ Tujuannya adalah (katanya sih...) untuk menghindari nyamuk yang masuk ke dalam rumah. Tapi sumpah gw gak mencium bau kotoran sapi sama sekali ketika masuk, gw juga gak ngerti itu kotoran sapi diapain supaya gak bau gitu, bisa-bisanya menemukan ide dari kotoran sapi gitu...
Saat mengelilingi desa yang luasnya sekitar 200m persegi itu, gw melihat ada rumah yang beda sendiri, lebih mirip kandang hewan soalnya kecil bange untuk ukuran tempat tinggal. Setelah gw tanya kepada si pemandu ternyata itu adalah tempat bagi pasangan muda yang baru menikah untuk berbulan madu :) . Jadi rumah itu hanya berukuran kurang lebih 3x3meter dengan tinggi 1,5 meter, gw mau masuk juga harus nunduk dulu, dan isinya hanya tempat untuk tidur alias bercinta, sama dapur (kebayang gak?!). Ada yang mau coba sensasi bulan madu yang berbeda?
Tidak terlalu lama, sekitar 30 jam kita mengelilingi Desa Sade dan melihat-lihat kegiatan penduduknya serta adat-istiadatnya, setelah itu kami berpamitan dengan semua penduduk dan si pemandu dengan memberinya uang rokok.
The Secret-Hidden-Private-Sensasional-Mantap-Jos! Beach
Perjalanan kita lanjutkan kembali dengan mobil milik Pauri yang berkondektur Bakos. Sebenrnya tujuan kita adalah pantai Kuta juga Tanjung Aan, tapi Pauri bilang ke kita kalau beberapa hari sebelumnya ada serombongan wisatawan yang minta diantarkan ke sebuah pantai yang bahkan Si Pauri sendiri yang notabene orang Lombok asli gaktau itu pantai dimana letaknya juga namanya. Nah, si Pauri ini merekomendasikan Pantai tersebut ke kita, dia bilang mau mengantar kita kesana. Mendengar ceritanya tentang pantai tersebut membuat gw tertarik untuk kesana, yasudah kita gas terus...
Namanya Pantai Mawun. Letaknya di selatan pulau Lombok, sekitar 2 km dari Pantai Kuta Lombok. Akses menuju kesana harus melewati jalur yang naik turun bukit. Kadang kita menemukan para pendulang emas dipinggir jalan. Sungguh, kawasannya masih agak perawan sepertinya, soalnya gak ada bangunan gedung-gedung hotel gitu. Gw merasa seperti buka di Indonesia deh jadinya.
Ketika mobil sedang berusaha menanjak, kita melihat seorang bule yang memarkirkan motornya di pinggir jalan lalu dia berdiri sambil memandang takjub ke arah pantai dari atas bukit. Gilak! bule aja sampe kagum. Gw cepet-cepet keluar buat ngelihat pantai dari atas bukit. Gilak! indah! gak sabar untuk cepat tiba disana!
Tepat jam 11 siang, saat panas matahari mulai memuncak, kita sampai di bibir Pantai Mawun. Subhanallah!
Akhirnya setelah sekitar 1 jam perjalanan kita sampai di Sukarare' yang tekenal dengan tempat pembuatan kain tenun khas suku Sasak dan juga berbagai kerajinan tangan lainnya. Jadi tempatnya itu lebih seperti desa kalo gw bilang, jalanannya gak begitu baik dan di kiri kanan terdapat rumah-rumah penduduk. Lalu kita diturunkan ke salah satu rumah yang sekaligus dijadikan toko cinderamata yang bernama "IKHTIAR". Di halamannya terdapat mesin tenun tradisional dari kayu dan bambu, namun sayang saat kita datang belum ada yang bekerja menenun karena jam kerjanya dimulai jam 9 pagi. Kami disambut hangat oleh mas-mas yang gw lupa namanya. Didalam kami melihat-lihat bermacam-macam kain tenun dari yang harganya masuk akal sampai yang bisa bikin gw kere'. Philip juga sempet dipakein 1 set lengkap baju adat orang Sasak dari atas kepala hingga ujung kaki. Jadi kain tenun yang dijual itu salahsatunya adalah bagian dari 1 set pakaian adat yang dipakai si Philip tadi. Kain tersebut dijadikan semacam sarung, namun ikatan sarungnya yang khas dan memiliki filosofi tersendiri. Meliak-liuk dari pusar sampai ujung kaki yang berarti bahwa "Berlika-liku kehidupan didunia pada akhirnya akan berakhir ditanah".
Motif Kainnya pun bermacam-macam, dan yang unik, ada motif yang diberi nama motif subhanlle'. Jadi sejarahnya karena motif ini sungguh begitu rumit untuk membuatnya, sampai-sampai si penenun mengucapkan kalimat "Subhanallah (Maha Suci Allah)" saking rumitnya motif tersebut. Namun karena mungkin lidah orang Sasak agak-agak unik (Sukarara aja dibaca Sukarare'), jadi penyebutannya mengalami mutasi menjadi Subhanalle'.
Aneka ragam kain Tenun khas Sasak |
Sambil melihat lihat benda lainnya pun kami berbincang-bincang dengan mas-mas yang gw lupa namanya itu tentang adat dan budaya Lombok. Kami diceritakan tentang pertandingan presian yang terkenal itu, yaitu pertandingan antar 2 pemuda menggunakan pemukul rotan. Ternyata si mas-mas inipun pernah mengikuti pertandingan tersebut, padahal badannya kurus kering. Gw jadi pengen lihat deh pertandingannya kayak gimana...
Selain itu, gw juga diceritain tentang sejarah pulau Lombok sampai ke perbedaan dialek di dalam pulau tersebut. 4 dialek di pulau Lombok yang biasa digunakan oleh masyarakat, yaitu Getu geti, ngenu ngeni, menu meni dan briak briku. Tiap daerah belum tentu menggunakan dialek yang sama.
Setelah lama berbincang dan melihat-lihat rasanya tidak enak kalo kita gak beli sesuatu disana sebagai ucapan terimakasih. Jadila kita membeli sebuah kain tenun yang harganya gw juga lupa..hehehehe. Baru setelah itu sekitar pukul 08.30 kita berpamitan sama orang serumah toko IKHTIAR dan bergegas menuju lokasi berikutnya, Desa Sade
Bakos, Pa Pauri, Gw(item banget!), Pemilik toko, ibunya, penenun, Kicol, dan pemilik toko |
Tradisionalnya Lombok
Perjalanan dari Sukarare menuju Desa Sade sungguh agak tidak menyenangkan karena rusaknya jalanan aspal. Gw juga gak ngerti sepenglihatan gw dari pertama kali nginjek Lombok kok gw belom ngeliat jalanan yang mewah di pulau ini. Jangan-jangan yg namanya jalan tol juga gak ada lagi...
Setidaknya ketidaknyamanan perjlanan dapat sedikit terobati dengan cerita-cerita yang disajikan oleh Bakos di mobil, yang terkadang juga membuat kita tertawa terbahak-bahak. Ternyata pemerintah Lombok sedang membangun bandara baru yang katanya akan menjadi bandara internasional dan akan menggantikan bandara Selaparang yang sudah ada sebelumnya. Kita menengok sebentar ke bandara baru tersebut, tapi sepertinya pembangunannya masih sekitar 50%, jadi mungkin masih harus menunggu untuk mendengar kabar di TV kalau Lombok punya bandara baru.
Desa Sade |
Gali informasi... |
Saat mengelilingi desa yang luasnya sekitar 200m persegi itu, gw melihat ada rumah yang beda sendiri, lebih mirip kandang hewan soalnya kecil bange untuk ukuran tempat tinggal. Setelah gw tanya kepada si pemandu ternyata itu adalah tempat bagi pasangan muda yang baru menikah untuk berbulan madu :) . Jadi rumah itu hanya berukuran kurang lebih 3x3meter dengan tinggi 1,5 meter, gw mau masuk juga harus nunduk dulu, dan isinya hanya tempat untuk tidur alias bercinta, sama dapur (kebayang gak?!). Ada yang mau coba sensasi bulan madu yang berbeda?
Tempat bercinta itu... |
The Secret-Hidden-Private-Sensasional-Mantap-Jos! Beach
Perjalanan kita lanjutkan kembali dengan mobil milik Pauri yang berkondektur Bakos. Sebenrnya tujuan kita adalah pantai Kuta juga Tanjung Aan, tapi Pauri bilang ke kita kalau beberapa hari sebelumnya ada serombongan wisatawan yang minta diantarkan ke sebuah pantai yang bahkan Si Pauri sendiri yang notabene orang Lombok asli gaktau itu pantai dimana letaknya juga namanya. Nah, si Pauri ini merekomendasikan Pantai tersebut ke kita, dia bilang mau mengantar kita kesana. Mendengar ceritanya tentang pantai tersebut membuat gw tertarik untuk kesana, yasudah kita gas terus...
Namanya Pantai Mawun. Letaknya di selatan pulau Lombok, sekitar 2 km dari Pantai Kuta Lombok. Akses menuju kesana harus melewati jalur yang naik turun bukit. Kadang kita menemukan para pendulang emas dipinggir jalan. Sungguh, kawasannya masih agak perawan sepertinya, soalnya gak ada bangunan gedung-gedung hotel gitu. Gw merasa seperti buka di Indonesia deh jadinya.
Ketika mobil sedang berusaha menanjak, kita melihat seorang bule yang memarkirkan motornya di pinggir jalan lalu dia berdiri sambil memandang takjub ke arah pantai dari atas bukit. Gilak! bule aja sampe kagum. Gw cepet-cepet keluar buat ngelihat pantai dari atas bukit. Gilak! indah! gak sabar untuk cepat tiba disana!
Tepat jam 11 siang, saat panas matahari mulai memuncak, kita sampai di bibir Pantai Mawun. Subhanallah!
Pasirnya putih, airnya biru tosca, ombaknya lembut, dan ini lebih terlihat seperti laguna...tidak, tidak... ini seperti kolam renang pribadi! waw!
Gw gak berhenti takjub, gak terasa pakaian sudah gw tanggalkan dan gw dengan cepat berlari menuju air. Kayak anak kecil yang norak, kegirangan, kagum akan semua ini. Jauh dari keramaian, ini yang membuat pantai Mawun seperti private beach. Disana kita hanya bertemu dengan 1 keluarga bule dan 1 rombongan orang indonesia yang hanya sekitar 5 orang. Gw cuma mainan air aja kerjaannya, gak peduli matahari udah pas diatas kepala.
Kalo gw boleh jujur, sumpah! pantainya bersih abis dan keren gilak! bingung gw juga jelasinnya. Pokoknya gw gak rela deh kalo kapan-kapan gw berkunjung kesini lagi pantai Mawun sudah seperti pantai Kuta yang banyak pengunjungnya, bukan pengunjung deng, tapi perusak. Gw gak rela. Ini sungguh-sungguh investasi negara yang berharga
1 jam lebih kita berman air sampe puas, perjalanan dilanjutkan ke pantai berikutnya. Agak sedih memang meninggalkan pantai Mawun T_T.
Saking capeknya, diperjalanan dari pantai Mawun ke Tanjung Ann gw ketiduran. Tapi beberapa menit sebelum sampe Tanjung Ann gw udah bangun. Jadi perjalanannya itu menyusuri tepian pantai gitu. Terus kadang-kadang kita ketemu kerbau-kerbau di pinggir jalan. Dari Pabtai Mawun ke Tanjung Ann kurang lebih 1 jam lah perjalanan.
The Double-coloured Beach
Sampai di Tanjung Ann itu sudah memasuki waktu dzuhur, jadilah ita beranjak solat dahulu untuk menunaika kewajiban kita sebagai muslim. Kebetulan disana ada surau yang diperuntukkan untuk mushola. Berikut sumur dan 2 kamar mandi untuk MCK dan tempat wudhunya. Jelas sekali kalo ini tempat sudah cukup terjamah oleh pendatang, berbeda dengan pantai Mawun sebelumnya.
Mau wudhu aja keasinan karena ada intrusi air laut yang masuk ke sumur. Tidak mengapa lah, yang penting kewajiban tertunaikan.
Ada suatu insiden disana pada waktu itu. Si penjaga surau curiga kepada anak laki-laki yang masuk ke kamar mandi dan sudah 2 jam sampe sekarang belum keluar juga. Karena takut kenapa-kenapa, si pejaga memanggil orang-orang sekitar dan keamanan untuk mendobrak pintunya karena setelah dipanggil-panggil ternyata tidak ada suara yg keluar dari dalam kamar mandi. Setelah pintu didobrak...ternyata didalam kmar mandi sudah terdapat sepasang muda-mudi yang sudah basah sekujur tubuh dan pakaiannya. Cowok dan cewek tersebut langsung di interograsi sama keamanan setempat. Udah kayk sulap aja, masuk satu keluar 2 orang..untung aja kagak keluar 3 orang, kalo gitu kan lebih bahaya lagi!
Si cowok si mengaku di dalam kamar mandi tidak ngapa-ngapain sama teman ceweknya itu. Cuma gw gaktau lagi ceritanya, yag pasti mereka mau dikembalikan ke orang tua masing-masing.
Beres sholat, kita langsung menuju pantai dan bermain air lagi serta mengambil eberapa gambar sambil menikmati keindahan pantai dan lautnya. Tanjung Ann cukup unik, dia merupakan sebuah tanjung di selatan Lombok. Nah, yang bikin unik itu adalah pasirnya. Pantainya itu memiliki 2 jenis pasir yng warnanya berbeda, padahal hanya dipisahkan batu karang aja. Langsung deh kita ambilin tuh pasirnya buat dibawa pulang ke bogor jadi kenang-kenangan. Ada juga bocah-bocah sekitar yang menawarkan jasanya untuk memungutin pasir dan dimasukkan ke dalam botol. Cukup dengan seribu rupiah saja. Tapi yang bikin rese' tuh bocahnya banyak banget sambil narik-narikin baju, "Om seribu aja, om saya ambilin pasirnya..", "Ayo, om seribu aja..belom makan nih, om...", Udah aja kita kasih sepuluh ribu buat dibagi-bagi banyakan sama mereka sendiri. Pergi deh mereka...
Beres menikmati pantai, kita isi perut dulu di pinggir pantai. Laper juga seharian main air. Sayangnya gak ada yang jual nasi di pinggir pantai, jadi kia terpaksa hanya makan mi instant dan gorengan aja sama roti-rotian.
Setelah makan perjalanan dilanjutkan kembali ke Pantai Kuta Lombok yang terkenal itu. Katanya si Pa Pauri sih butir pasirnya mirip kayak merica gitu. Dan ternyata memang bener, pasirnya itu bulet-bulet kayak butir merica. Saat gw injek pertama kali pasirnya itu beda banget sama pantai-pantai yang pernah gw injek. Jadi pengalamannya adalah kita merasakan beraneka ragam pasir pantai.
Kalo masalah view pantainya, belom ada yang ngalahin pantai Mawun. Tapi kalo masalah jenis pasirnya, tiap pantai memiliki keunikan tersendiri. Pantai Mawun dengan pasir putihnya yg lembut, Tanjung Ann dengan perbedaan warna pasirnya yang menawan, dan Pantai Kuta dengan butiran pasirnya yang mirip merica.
Gak terlalu lama kita berkunjung di Pantai Kuta, karena hari pun sudah menjelang sore, dan kita harus bergegas cari penginapan di Mataram. Pantai Kuta menjadi tujuan terakhir kita untuk hari ini. Sambil mobil melaju dan mata terkantuk-kantuk karena lelah seharian beraktifitas.
Sebelum ke hotel, kita makan dulu karena hari ini kita belom ketemu nasi sama sekali. Jadilah Pak Sopir berhenti dirumah makan khas Sasak di pinggir jalan, dan kita makan makanan yang biasa saja tapi sambalnya yang luar biasa..karena pedaas sekali!
ASM (Automatic "Sedot" Machine)
Sebelum ke penginapan, kami mampir dulu di ATM terdekat untuk mengambil beberapa uang karena persediaan uang telah menipis. Sialnya, pas giliran gw yang masukin kartu ATM gw dan beres ngambil uang, tapi kartu ATM-nya gak keluar. Aihh...kenapa harus gw lagi yang kurang beruntunngggg....?!
Jadi sepanjang perjalanan setelah itunya gw minjem duit ke Philip deh..hehehe
Sesampainya di penginapan itu kira-kira sekitar jam 18.00, kita langsung check in dan berpisah serta melakukan pembayaran ke Pa Pauri atas jasanya telah mengantar kami seharian ini dan kita minta dijemput lagi besok paginya untuk diantar ke Gili Trawangan.
Kami menginap di Losmen Inter Inn di Mataram, yang punya orang Arab (no sara). Harganya murah banget, satu kamar cuma IDR 35.000 buat bertiga, tapi ya kamarnya kayak gitu deeehhh.. Kasurnya 2 dari kapuk, nyamuknya seribu juta ratus trilyun! hahahaha
Sebelum tidur, kami nonton piala dunia dulu bareng-bareng sama penginap lain di ruang TV. Jerman lawan Belanda kalo gak salah, lupa gw.
Dan setelah nonton piala dunia tersebut, kami semua tidur nyenyak deeeehhh...
(agak anehhh)
Dari jam 06.30 kita udah bangun untuk mandi dan packing, karena hari ini kita akan checkout dari penginepan serta checkout dari pulau Lombok yang indah ini T_T.
Jam 8 kurang sedikit akhirnya Pa Pauri datang untuk menjemput kita. Setelah angkut-angkut barang ke dalem mobil dan checkout serta menyelesaikan masalah admiistrasi dengan penginapan, kami langsung cabut jam 8 teng menuju Pelabuhan Bangsal.
Sebenrnya lebih berasa aseperti travelling menggunakan jasa agen wisata/agen travel sih selama di Lombok ini, soalnya kita muter-muter pake mobil doangan, tinggal duduk dan sampai lokasi yang dituju. Yasudahlah tidak mengapa, toh kita juga memang kurang informasi dan masih ada budget lebih. ^^
Pelabuhan Bangsal berada di barat laut-nya pulau Lombok. Dari Mataram kita bergerak ke Barat lalu jalan yang berkelok-kelok dan agak rusak karena baru akan diaspal. Kita sempat berhenti sejenak ketika di perjalanan terlihat 3 Pulau Gili dari kejauhan. Kicol yang refleksnya super dahsyat langsung mengambil handphone-ambil gambar-dan langsung ngetweet. hihihihi...
Sekitar 45 menit perjalanan kami sampai di P.Bangsal, yaitu tempat menyebrang sebelum ke 3 Gili (Gili Trawangan, Gili Air, da Gili Meno).
Untuk ongkos nyebrang ke Gili Trawangan adalah IDR 10.000 per orang, itu hanya untuk ke Gili Trawangannya saja. Kalo mau ke Gili yang lain ya harus bayar 10ribu lagi. Kita bakal diantar dengan perahu nelayan bermotor yang sudah biasa untuk menyebrangkan penumpang.
Kami hanya mengunjungi Gili Trawangan saja untuk kali ini, karena waktu kami terbatas, hari itu juga kami harus sudah meninggalkan Lombok, sedangkan perahu terakhir dari Gili Trawangan menuju P.Bangsal yaitu jam 4 sore, jadi kami hanya punya waktu sampai jam 4 sore di Gili Trawangan.
The Free Island
Gili Trawangan adalah Gili terjauh dari P.Bangsal daripada Gili-gili lainnya. Tapi Gili Trawangan saat ini sudah tidak seperawan kedua gili lainnya. Sudah banyak pengunjung yang datang kesana, ada yang membuka usaha lah ada yang liburan lah, dan masih banyak lagi. Jadi kalo dateng ke Gili Trawangan saat kita turun dari perahu itu seakan-akan seperti bukan di pulau kecil, tapi seperti di sebuah kota, rame banget soalnya.
Namun kehebatan pulau yang satu ini adalah kita bebas melakukan apa saja disini, kecuali berantem dan membunuh kalo gak salah mah. So, kalu lu mau telanjang, nge-ganja, mabuk, bersetubuh, atau apapun juga, gak akan ada yang larang disini. Tapi gw dateng kesini cuma buat snorkeling-an aja kok, sama ngambil beberapa foto sesuai pepatah "Take nothing but picture, leave nothing but footprints, kill othing but time".
Naik perahu ke Gili Trawangan dari P.Bangsal sekitar 30menit sampai 40 menitan. Begitu kami sampai di pintu masuk Gili Trawangan, kami sempat bingung mau kemana, soalnya kita hanya beberpa jam saja di pulau ini. Yasudah kita jalan-jalan saja menyusuri jalan di pinggirnya terdapat bermacam-macam tepat usaha seperti warung makan, pemandu diving, penyewaan alat snorkeling, cafe dan lain-lain.
Banyak sekali wisatawan asing di Pulau ini, hampir separuh pengunjung sepertinya. Bahkan pemilik penginapan disana banyak yang dari warga asing. Bahasa Indonesia-ya juga kadang-kadang ada yang udah lancar banget lagi. Waw!
Setelah beberapa menit berjalan menyusuri jalan sambil menikmati suasana dan mencoba beradaptasi, kami berhenti di sebuah kios penyewaan alat-alat snorkeling. 1 set alat snorkeling (Snorkel, fin dan pelampung) disewa dengan harga 45 ribu kalo gak salah, karena kita gak pake pelampung, jadi kita hanya sewa sekitar IDR 30.000 untuk fin dan snorkel nya saja.
Dimana-mana terdengar lagu-lagu reggae yang begitu santai, cocok dengan suasana pantai (ssshah!).
Setelah dapet alat snorkel nya kita cari makan dulu sebelum nyemplung ke laut. Kami makan nasi campur saja biar murah yang penting kenyang. hehehe
Setelah makan kami langsung nyemplung ke laut menikmati pemandanganbawah laut yang indah. Bagi gw pribadi, nyemplung ke laut disaat panas terik matahari itu adalah suatu kenikmatan tiada tara, apalagi dalam rangka melepas penat setelah masa perkuliahan 1 semester sebelumnya. Setelah nyemplung-in badan ke air laut tuh serasa semua uneg-uneg keangkat, terus serasa kayak lahir kembali gimanaaaa gitu (lebay).
Puas snorklingan, kami berjemur di pantai sambil menikmati pemandangan pantai yang tak kalah indahnya, badan-badan seksi bule yang seliweran mah anggep aja rejeki..hehehehe
Kulit gw udah hangus banget sebenernya gara-gara panas-panasan di Bali sebelumnya, jadi supaya gak tanggung, gw jemur sekalian aja dah seluruh badan gw, biar jadi oleh-oleh pas pulang ke Bogor nanti.
Ketika lagi asik berjemur, ada seorang bule yang mau minjem snorkle kita. Dia bilang kalo dia mau lihat-lihat lautnya sebentar. Philip lalu meminjamkan sorkle miliknya. Sebagai ucapan terimakasih, si bule mengucapkan, "Ouuhh thankyou! You're my Hero!". Hahaha, kadang-kadang kata-kata sanjungan orang bule tuh keren juga yah.
Oiya, disana juga ada tempat konservasi penyu laut gitu. Jadi penyu-penyu tersebut dikembangbiakkan dan dilindungi di dalam suatu paviliun dan pengunjung-pengunjung dapat melihatnya secara langsung. Penyunya lucu-lucu kalo yang kecil-kecil, pengen dibawa pulang jadinya...
Tidak terasa sudah 4 jam kami menikmati Gili Trawangan, kami langsung bergegas mandi dan ganti baju karena Pa Pauri bilang kita harus buru-buru takut gak ada perahu lagi yang nganter pulag ke P.Bangsal.
Jam 14.30, kami semua meninggalkan Gili Trawangan menuju P.Bangsal dan langsung menuju P. Lembar.
Di mobil kami semua sudah kelelahan dan ngantuk akibat aktifitas di Gili Trawangan sebelumnya, alhasil gw kebayakan tidur selama perjalanan ke P.Lembar.
Di jalan Pa Pauri menawarkan ke kita untuk mengikuti truk ekspedisi yang akan berangkat ke Surabaya dari P.Lembar. Ini sih buat pengalaman para pembaca sekalian aja. Karena kita gak enak sama si Pak Pauri, yaudah de tawarannya kita terima. Jadi kita tuh bakal numpang truk dari P.Lembar sampe Surabaya, tapi karena kita bakal naik Sri Tanjung, jadi kita turunnya sampe di Banyuwangi aja. Nah, sialnya itu kita dipaksa bayar 150 per orang untuk numpang truk itu. Itu yang maksa kita adalah calo-nya, bukan Pak Pauri ataupun supir truk tersebut. Jadi nanti kalo mau murah numpang truk ekspedisi gitu biar langsung dan gak usah repot-repot ganti kendaraan, mending langsung ke supir truknya aja. Tuh, catet tuh!
Tau gitu mah, mending kita menggunakan jalur konvenensional aja atuh.huh!
Air Tuba terbalas dengan Air Susu (Setidaknya...)
Sekitar Jam 17.00 sore kita sudah sampai di P. Lembar dan langsung dioper ke calo truk ekspedisi yang udah gw bilang tadi. Kita udah kayak mau dikeroyok aja tuh di pelabuhan, dikerumunin sama preman-preman pelabuhan. Si Pak Pauri dan Bakos cuma diam aja lagi. Aduh gw sebenernya ngerti maksud baiknya si Pa Pauri, tapi ini calo gw yakin banget nyari mangsa abis. Begitu Philip ngeluarin duit dari dompet aja, langsung disamber tuh duit sama si calo yang belom 15menit kita kenal. Dia bilang kalo kita naik truk yang itu aja, sudah sampai Surabaya katanya. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, yasudahlah kita bayar 150ribu per-orang dan kita langsung berpamitan menuju ke truk.
Awalnya, dalam pikiran gw kita bakal naik di bak truknya, ternyata tidak, kita itu naik di belakang kursi sopirnya. Jadi didalam truk di kursi belakang sopir truk itu masih ada ruangan untuk penumpang lagi. Yasudahlah kita masuk kesana beserta barang-brang kita dan berkenalan dengan pak sopir yang berasal dari Sumbawa serta si kernet yang macho tapi malu-malu kucing. huaaaaaahhh....kita sudah badmood semua pada saati itu, menyesal sesesal-sesalnya dan saling menggerutu gak jelas. Yasudahlah...
17.20, truk masuk ke dalam kapal ferry dan kapal berangkat menuju Pelauha Padang bai, Bali. Saat kami menaiki tangga dari parkiran truk ke tempat penumpang, kami terkagum-kagum seperti orang norak. Waw! kapal ferry-nya bagus banget! Pakai er kondisiyoner (AC), full musik, ada tempat tidur gratis pula, aiiiihhhh nyamannya. Beda banget dengan kapal ferry sebelum-sebelumnya yang kagak ada AC-nya, tempat duduk kayak plastik, mau tidur kasurnya harus nyewa lah. beuh Alhamdulillah banget lagi capek-capek gini dan lagi badmood gini Allah malah ngasih kami sesuatu yang bisa meredakan kekecewaan kami. Sungguh memang Allah itu Maha Mengetahui dan Maha Pengertian. Setidaknya kekecewaan kita terhadap truk ekspedisi menjadi berkurang. fyuuuhhh....
Namanya KM. Dharma Ferry IX dari perusahaan PT. Dharma Lautan Utama. Setelah gw tanya dengan orang-orang sekitar ternyata kita memang lagi hoki, kapal-kapal PT. DLU memang bagus-bagus dan memiliki jadwal keberangkatan tidak setiap hari. Jadwalnya berubah2 setiap bulannya. Gak tau apa emang gw yang norak atau gimana, di dalemnya tuh berasa seperti di kapal mewah kayak Titanic gitu, kursi-kursi penumpang berbusa dan menghadap ke panggung yang bergelimangan lampu-lampu dengan cahaya yang menghangatkan mata, dibelakangnya tersedia tempat tidur yang nyaman buat selonjoran dan itu gratis, di dek paling atas terdapat wahana untuk anak-anak bermain, pkoknya jos gandhos lah ini kapal ferry!
Perjalanan 6 jam yang biasanya kerasa seakan-akan 1 tahun itu kini terasa sangat sebentar karena kenyamanan di kapal ferry Dharma ini. Lain kali kalo nyebrang Bali-Lombok harus cek jadwal keberangkatan kapal Dharma yang satu ini nih.
Sesapainya di Pelabuhan Padang Bai kita gak harus cari kendaraan umum lagi untuk menuju Pelabuhan Gilimanuk, soalnya kita sudah punya "kendaraan pribadi", hahahaha... Cukup memudahkan juga lah mengingat kita sampai Pelabuhan Padang Bai Jam 23.00 WIB, itu berarti sudah jam 12 tengah malam waktu sana, dan itu cukup sulit juga untuk mencari kendaraan umum pada jam segitu untuk menuju Pelabuhan Gilimanuk.
Truk pun melaju melintasi Pulau Dewata menembus dinginnya malam. Kerjaan kami di dalam truk hanya tidur dan tidur saja, walaupun sesekali ngobrol sedikit untuk sekedar menanyakan, "Udah sampai mana nih?", karena hanya pertanyaan itu saja yang relevan.
Terlambat!
Gw terbangun dari tidur yang agak kurang lelap saat pak supir memberhentikan truknya dan berkata kalau dia perlu istirahat sebentar karena sudah tidak tahan kantuk. Jadilah kita semua tidur di sebuah warung di pinggir jalan entah di sebelah mananya Pulau Bali, yang pasti menurut bapak sopirnya kami semua masih sekitar 2 jam lagi menuju Pelabuhan Gilimanuk. Yasudah karena kami semua sudah pegel-pegel karena tidur dengan posisi yang kurang wajar di dalam truk, melihat bangku-bangku warung yang rata dan mantap untuk meluruskan tulang-tulang punggung, maka kami semua sekejap tertidur pulas sampai paginya.
Tepat pukul 06.00 pagi kami semua melanjutkan perjalanan menuju P. Gilimanuk. 2 jam kemudian kita telah sampai di Pelabuhan Gilimanuk dan langsung menaiki kapal ferry menuju Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Kapal ferry yang jauh dari kapal ferry sebelumnya yang kami naiki...
1 jam kemudian kami sudah sampai di pelabuhan Ketapang Banyuwangi, aroma kampung halaman semakin tercium setelah menginjakkan kaki di tanah Jawa ini, rasa rindu juga sudah kian menumpuk dan tak terbendung. Kami langsung bergegas unuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Banyuwangi Baru dianter Bapak supir truk. Meskipun jatah kita sampai Surabaya, namun kami minta diturunkan di Stasiun Banyuwangi Baru saja yang jaraknya hanya sejengkal dari Pelabuhan Ketapang. Sesaat setelah kaki kami turun dari truk dan menyentuh tanah, saat itu pula kami baru tersadar bahwa kereta Sri Tanjung yang hendak kami naiki dari Stasiun Banyuwangi Baru menuju Yogyakarta itu berangkat jam 06.00 pagi! dari St. Bayuwangi Baru. Kami semua panik selagi truk yang kami tumpangi sebelumnya pamit dan pergi meninggalkan kami. Saking paniknya, kami gak kepikiran bahwa bisa saja kami lanjut menumpangi truk tadi dan turun di Surabaya, syukur-syukur ketemu SriTanjung atau kereta lai yang menuju Yogyakarta, tapi sayangnya kita hanya terdiam dan mengumpulkan sebanyak mungkin kemungkinan bahwa kereta SriTanjung tidak hanya berangkat jam 06.00 pagi saja. Atau kemungkinan bahwa keretanya mogok dan ditunda keberangkatannya... halah!
Dengan berbekal beberapa kemungkinan tersebut, kami bertiga menghampiri loket dan bertanya apakah ada kereta yang menuju Yogyakarta selain SriTanjung yang berangkat hari ini. Sayangnya si penjaga loket yag agak mirip Maria Ozawa ini menjawab tidak ada dan menyuruh kami menunggu sampai besok pagi karena SriTanjung baru berangkat lagi besok paginya jam 6. Damn!
Sungguh beginilah yang namanya perjalanan, terkadang kita menemukan hal-hal yang benar-benar membuat kita sangat takjub, tetapi tidak jarang juga kita menemukan hal-hal sebaliknya. Namun ini semua justru sebuah intisari dari perjalanan tersebut, mirip dengan apa yang dikatakan Andrea Hirata pada Trilogi bukunya. Hal-hal asam manis dan pahit dari perjalanan itu lah yang nantinya bakal tertanam di benak dan ingatan kita yang dikemudian hari menjadi cerita-cerita menarik untuk diceritakan, juga menjadi suatu sarana pembelajaran tersendiri bagi beberapa orang. Seperti kata orang bijak,
Terdampar di Banyuwangi
Dengan berat hati, kami bertiga berjalan keluar stasiun mencari makanan karena perut kami sudah mulai merengek minta makan. Tepat di seberang stasiun terdapat warung Soto Ayam khas Lamongan yang secara tidak langsung menarik perhatian kita untuk berkunjung dan sarapan disana.
Soto ayam Lamongan memang khas dengan ayam kampungnya, tapi yang berbeda adalah penjualnya yang ternyata orang Bogor. Jauh-jauh ke Bayuwangi, eh ketemunya orang Bogor lagi...
Sambil menyantap sarapan, kami berdiskusi tentang nasib kami 21 jam mendatang. Tiba-tiba si penjual soto menyarankan kepada kami untuk menginap di penginapan tempat kita makan soto ayam ini. Ternyata kita sedang makan di depan sebuah penginapan. Aduh dasar emag gw orangnya pelupa, nama penginapannya aja gw lupa :p. Pokoknya harganya 35ribu per kamar. Yasudah lah daripada kami bingung mau kemana lagi, kami menginap disitu semalam dan menghabiskan 21 jam kedepan sambil menunggu keberangkatan SriTanjung dengan.....dengan apa coba?????
TIDURRRRRR INDAAAAAHHH........
Bisa dikatakan hari itu merupakan Hari Tidur Sedunia, kami hanya keluar kamar jika lapar saja. Sungguh benar-benar tidak produktif.
Good Morning, SriTanjung!
Pagi-pagi sekali sekitar jam 5 subuh kami sudah bangun dan bersiap-siap meninggalkan penginapan, supaya tidak ketinggalan kereta lagi. Untung jarak penginapan ke stasiun hanya sepanjang ibu jari saja, saja kami jalan kaki menuju stasiun.
Waaaahh...senangnya melihat SriTanjung tiba sekitar jam 6 kurang 20 menit. Sekejap saja kami sudah berada di tempat duduk dan bersiap untuk pulang. Jam 6 pas SriTanjung berangkat menuju Yogyakarta. Yogya, here we come home!
Di dalam kereta rasa rindu akan kasur dan rumah di Bogor semakin memuncak dan tidak tertahan lagi, tetapi kami harus bersabar 20 jam lagi karena kami baru sampai di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta sekitar pukul 00.30. Dan dari Yogya, kami berpisah untuk pulang ke Bogor dengan waktu masing-masing. Dan seluruh perjalanan berakhir disini sudah.
Sungguh pengalaman yang benar-benar tidak terlupakan. Travelling memang obat paling ampuh untuk membunuh rasa suntuk dan penat didalam otak ini ketika jenuh dengan semua hal berbau "rutinitas". Semua penat terbuang sudah selesai melakukan perjalanan, hanya perlu istirahat sebentar dan kembali melakukan "rutinitas" yang merupakan kewajiban itu.
So, mari Travelling dan jelajahi Indonesia! Jelajahi dunia!
Terima kasih sudah membaca, sampai bertemu di perjalanan berikutnya!
cheers!!!
Pemandangan Dari Atas |
Private lagoon :) |
1 jam lebih kita berman air sampe puas, perjalanan dilanjutkan ke pantai berikutnya. Agak sedih memang meninggalkan pantai Mawun T_T.
Saking capeknya, diperjalanan dari pantai Mawun ke Tanjung Ann gw ketiduran. Tapi beberapa menit sebelum sampe Tanjung Ann gw udah bangun. Jadi perjalanannya itu menyusuri tepian pantai gitu. Terus kadang-kadang kita ketemu kerbau-kerbau di pinggir jalan. Dari Pabtai Mawun ke Tanjung Ann kurang lebih 1 jam lah perjalanan.
The Double-coloured Beach
Sampai di Tanjung Ann itu sudah memasuki waktu dzuhur, jadilah ita beranjak solat dahulu untuk menunaika kewajiban kita sebagai muslim. Kebetulan disana ada surau yang diperuntukkan untuk mushola. Berikut sumur dan 2 kamar mandi untuk MCK dan tempat wudhunya. Jelas sekali kalo ini tempat sudah cukup terjamah oleh pendatang, berbeda dengan pantai Mawun sebelumnya.
Mau wudhu aja keasinan karena ada intrusi air laut yang masuk ke sumur. Tidak mengapa lah, yang penting kewajiban tertunaikan.
Ada suatu insiden disana pada waktu itu. Si penjaga surau curiga kepada anak laki-laki yang masuk ke kamar mandi dan sudah 2 jam sampe sekarang belum keluar juga. Karena takut kenapa-kenapa, si pejaga memanggil orang-orang sekitar dan keamanan untuk mendobrak pintunya karena setelah dipanggil-panggil ternyata tidak ada suara yg keluar dari dalam kamar mandi. Setelah pintu didobrak...ternyata didalam kmar mandi sudah terdapat sepasang muda-mudi yang sudah basah sekujur tubuh dan pakaiannya. Cowok dan cewek tersebut langsung di interograsi sama keamanan setempat. Udah kayk sulap aja, masuk satu keluar 2 orang..untung aja kagak keluar 3 orang, kalo gitu kan lebih bahaya lagi!
Si cowok si mengaku di dalam kamar mandi tidak ngapa-ngapain sama teman ceweknya itu. Cuma gw gaktau lagi ceritanya, yag pasti mereka mau dikembalikan ke orang tua masing-masing.
Beres sholat, kita langsung menuju pantai dan bermain air lagi serta mengambil eberapa gambar sambil menikmati keindahan pantai dan lautnya. Tanjung Ann cukup unik, dia merupakan sebuah tanjung di selatan Lombok. Nah, yang bikin unik itu adalah pasirnya. Pantainya itu memiliki 2 jenis pasir yng warnanya berbeda, padahal hanya dipisahkan batu karang aja. Langsung deh kita ambilin tuh pasirnya buat dibawa pulang ke bogor jadi kenang-kenangan. Ada juga bocah-bocah sekitar yang menawarkan jasanya untuk memungutin pasir dan dimasukkan ke dalam botol. Cukup dengan seribu rupiah saja. Tapi yang bikin rese' tuh bocahnya banyak banget sambil narik-narikin baju, "Om seribu aja, om saya ambilin pasirnya..", "Ayo, om seribu aja..belom makan nih, om...", Udah aja kita kasih sepuluh ribu buat dibagi-bagi banyakan sama mereka sendiri. Pergi deh mereka...
Pasirnya beda yang kiri dan kanan |
Setelah makan perjalanan dilanjutkan kembali ke Pantai Kuta Lombok yang terkenal itu. Katanya si Pa Pauri sih butir pasirnya mirip kayak merica gitu. Dan ternyata memang bener, pasirnya itu bulet-bulet kayak butir merica. Saat gw injek pertama kali pasirnya itu beda banget sama pantai-pantai yang pernah gw injek. Jadi pengalamannya adalah kita merasakan beraneka ragam pasir pantai.
Kalo masalah view pantainya, belom ada yang ngalahin pantai Mawun. Tapi kalo masalah jenis pasirnya, tiap pantai memiliki keunikan tersendiri. Pantai Mawun dengan pasir putihnya yg lembut, Tanjung Ann dengan perbedaan warna pasirnya yang menawan, dan Pantai Kuta dengan butiran pasirnya yang mirip merica.
FullTeam @ Kuta Lombok |
Sebelum ke hotel, kita makan dulu karena hari ini kita belom ketemu nasi sama sekali. Jadilah Pak Sopir berhenti dirumah makan khas Sasak di pinggir jalan, dan kita makan makanan yang biasa saja tapi sambalnya yang luar biasa..karena pedaas sekali!
ASM (Automatic "Sedot" Machine)
Sebelum ke penginapan, kami mampir dulu di ATM terdekat untuk mengambil beberapa uang karena persediaan uang telah menipis. Sialnya, pas giliran gw yang masukin kartu ATM gw dan beres ngambil uang, tapi kartu ATM-nya gak keluar. Aihh...kenapa harus gw lagi yang kurang beruntunngggg....?!
Jadi sepanjang perjalanan setelah itunya gw minjem duit ke Philip deh..hehehe
Sesampainya di penginapan itu kira-kira sekitar jam 18.00, kita langsung check in dan berpisah serta melakukan pembayaran ke Pa Pauri atas jasanya telah mengantar kami seharian ini dan kita minta dijemput lagi besok paginya untuk diantar ke Gili Trawangan.
Kami menginap di Losmen Inter Inn di Mataram, yang punya orang Arab (no sara). Harganya murah banget, satu kamar cuma IDR 35.000 buat bertiga, tapi ya kamarnya kayak gitu deeehhh.. Kasurnya 2 dari kapuk, nyamuknya seribu juta ratus trilyun! hahahaha
Sebelum tidur, kami nonton piala dunia dulu bareng-bareng sama penginap lain di ruang TV. Jerman lawan Belanda kalo gak salah, lupa gw.
Dan setelah nonton piala dunia tersebut, kami semua tidur nyenyak deeeehhh...
(agak anehhh)
Minggu, 4 Juli 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
Dari jam 06.30 kita udah bangun untuk mandi dan packing, karena hari ini kita akan checkout dari penginepan serta checkout dari pulau Lombok yang indah ini T_T.
Jam 8 kurang sedikit akhirnya Pa Pauri datang untuk menjemput kita. Setelah angkut-angkut barang ke dalem mobil dan checkout serta menyelesaikan masalah admiistrasi dengan penginapan, kami langsung cabut jam 8 teng menuju Pelabuhan Bangsal.
Sebenrnya lebih berasa aseperti travelling menggunakan jasa agen wisata/agen travel sih selama di Lombok ini, soalnya kita muter-muter pake mobil doangan, tinggal duduk dan sampai lokasi yang dituju. Yasudahlah tidak mengapa, toh kita juga memang kurang informasi dan masih ada budget lebih. ^^
Pelabuhan Bangsal berada di barat laut-nya pulau Lombok. Dari Mataram kita bergerak ke Barat lalu jalan yang berkelok-kelok dan agak rusak karena baru akan diaspal. Kita sempat berhenti sejenak ketika di perjalanan terlihat 3 Pulau Gili dari kejauhan. Kicol yang refleksnya super dahsyat langsung mengambil handphone-ambil gambar-dan langsung ngetweet. hihihihi...
Sekitar 45 menit perjalanan kami sampai di P.Bangsal, yaitu tempat menyebrang sebelum ke 3 Gili (Gili Trawangan, Gili Air, da Gili Meno).
Cidomo, kendaraan khas Lombok saat di P.Bangsal |
Kami hanya mengunjungi Gili Trawangan saja untuk kali ini, karena waktu kami terbatas, hari itu juga kami harus sudah meninggalkan Lombok, sedangkan perahu terakhir dari Gili Trawangan menuju P.Bangsal yaitu jam 4 sore, jadi kami hanya punya waktu sampai jam 4 sore di Gili Trawangan.
The Free Island
Gili Trawangan adalah Gili terjauh dari P.Bangsal daripada Gili-gili lainnya. Tapi Gili Trawangan saat ini sudah tidak seperawan kedua gili lainnya. Sudah banyak pengunjung yang datang kesana, ada yang membuka usaha lah ada yang liburan lah, dan masih banyak lagi. Jadi kalo dateng ke Gili Trawangan saat kita turun dari perahu itu seakan-akan seperti bukan di pulau kecil, tapi seperti di sebuah kota, rame banget soalnya.
Namun kehebatan pulau yang satu ini adalah kita bebas melakukan apa saja disini, kecuali berantem dan membunuh kalo gak salah mah. So, kalu lu mau telanjang, nge-ganja, mabuk, bersetubuh, atau apapun juga, gak akan ada yang larang disini. Tapi gw dateng kesini cuma buat snorkeling-an aja kok, sama ngambil beberapa foto sesuai pepatah "Take nothing but picture, leave nothing but footprints, kill othing but time".
Naik perahu ke Gili Trawangan dari P.Bangsal sekitar 30menit sampai 40 menitan. Begitu kami sampai di pintu masuk Gili Trawangan, kami sempat bingung mau kemana, soalnya kita hanya beberpa jam saja di pulau ini. Yasudah kita jalan-jalan saja menyusuri jalan di pinggirnya terdapat bermacam-macam tepat usaha seperti warung makan, pemandu diving, penyewaan alat snorkeling, cafe dan lain-lain.
Banyak sekali wisatawan asing di Pulau ini, hampir separuh pengunjung sepertinya. Bahkan pemilik penginapan disana banyak yang dari warga asing. Bahasa Indonesia-ya juga kadang-kadang ada yang udah lancar banget lagi. Waw!
Setelah beberapa menit berjalan menyusuri jalan sambil menikmati suasana dan mencoba beradaptasi, kami berhenti di sebuah kios penyewaan alat-alat snorkeling. 1 set alat snorkeling (Snorkel, fin dan pelampung) disewa dengan harga 45 ribu kalo gak salah, karena kita gak pake pelampung, jadi kita hanya sewa sekitar IDR 30.000 untuk fin dan snorkel nya saja.
Dimana-mana terdengar lagu-lagu reggae yang begitu santai, cocok dengan suasana pantai (ssshah!).
Setelah dapet alat snorkel nya kita cari makan dulu sebelum nyemplung ke laut. Kami makan nasi campur saja biar murah yang penting kenyang. hehehe
Jalan-jalan di Gili Trawangan (Pede banget item2 gini) |
Puas snorklingan, kami berjemur di pantai sambil menikmati pemandangan pantai yang tak kalah indahnya, badan-badan seksi bule yang seliweran mah anggep aja rejeki..hehehehe
Kulit gw udah hangus banget sebenernya gara-gara panas-panasan di Bali sebelumnya, jadi supaya gak tanggung, gw jemur sekalian aja dah seluruh badan gw, biar jadi oleh-oleh pas pulang ke Bogor nanti.
Ketika lagi asik berjemur, ada seorang bule yang mau minjem snorkle kita. Dia bilang kalo dia mau lihat-lihat lautnya sebentar. Philip lalu meminjamkan sorkle miliknya. Sebagai ucapan terimakasih, si bule mengucapkan, "Ouuhh thankyou! You're my Hero!". Hahaha, kadang-kadang kata-kata sanjungan orang bule tuh keren juga yah.
Gaya dulu... (Snorkling Style) |
Di penangkaran penyu (terus kenapa?) |
Jam 14.30, kami semua meninggalkan Gili Trawangan menuju P.Bangsal dan langsung menuju P. Lembar.
Di mobil kami semua sudah kelelahan dan ngantuk akibat aktifitas di Gili Trawangan sebelumnya, alhasil gw kebayakan tidur selama perjalanan ke P.Lembar.
Di jalan Pa Pauri menawarkan ke kita untuk mengikuti truk ekspedisi yang akan berangkat ke Surabaya dari P.Lembar. Ini sih buat pengalaman para pembaca sekalian aja. Karena kita gak enak sama si Pak Pauri, yaudah de tawarannya kita terima. Jadi kita tuh bakal numpang truk dari P.Lembar sampe Surabaya, tapi karena kita bakal naik Sri Tanjung, jadi kita turunnya sampe di Banyuwangi aja. Nah, sialnya itu kita dipaksa bayar 150 per orang untuk numpang truk itu. Itu yang maksa kita adalah calo-nya, bukan Pak Pauri ataupun supir truk tersebut. Jadi nanti kalo mau murah numpang truk ekspedisi gitu biar langsung dan gak usah repot-repot ganti kendaraan, mending langsung ke supir truknya aja. Tuh, catet tuh!
Tau gitu mah, mending kita menggunakan jalur konvenensional aja atuh.huh!
Air Tuba terbalas dengan Air Susu (Setidaknya...)
Truk yg mengecewakan :( |
Awalnya, dalam pikiran gw kita bakal naik di bak truknya, ternyata tidak, kita itu naik di belakang kursi sopirnya. Jadi didalam truk di kursi belakang sopir truk itu masih ada ruangan untuk penumpang lagi. Yasudahlah kita masuk kesana beserta barang-brang kita dan berkenalan dengan pak sopir yang berasal dari Sumbawa serta si kernet yang macho tapi malu-malu kucing. huaaaaaahhh....kita sudah badmood semua pada saati itu, menyesal sesesal-sesalnya dan saling menggerutu gak jelas. Yasudahlah...
17.20, truk masuk ke dalam kapal ferry dan kapal berangkat menuju Pelauha Padang bai, Bali. Saat kami menaiki tangga dari parkiran truk ke tempat penumpang, kami terkagum-kagum seperti orang norak. Waw! kapal ferry-nya bagus banget! Pakai er kondisiyoner (AC), full musik, ada tempat tidur gratis pula, aiiiihhhh nyamannya. Beda banget dengan kapal ferry sebelum-sebelumnya yang kagak ada AC-nya, tempat duduk kayak plastik, mau tidur kasurnya harus nyewa lah. beuh Alhamdulillah banget lagi capek-capek gini dan lagi badmood gini Allah malah ngasih kami sesuatu yang bisa meredakan kekecewaan kami. Sungguh memang Allah itu Maha Mengetahui dan Maha Pengertian. Setidaknya kekecewaan kita terhadap truk ekspedisi menjadi berkurang. fyuuuhhh....
Namanya KM. Dharma Ferry IX dari perusahaan PT. Dharma Lautan Utama. Setelah gw tanya dengan orang-orang sekitar ternyata kita memang lagi hoki, kapal-kapal PT. DLU memang bagus-bagus dan memiliki jadwal keberangkatan tidak setiap hari. Jadwalnya berubah2 setiap bulannya. Gak tau apa emang gw yang norak atau gimana, di dalemnya tuh berasa seperti di kapal mewah kayak Titanic gitu, kursi-kursi penumpang berbusa dan menghadap ke panggung yang bergelimangan lampu-lampu dengan cahaya yang menghangatkan mata, dibelakangnya tersedia tempat tidur yang nyaman buat selonjoran dan itu gratis, di dek paling atas terdapat wahana untuk anak-anak bermain, pkoknya jos gandhos lah ini kapal ferry!
Mantap! |
Sesapainya di Pelabuhan Padang Bai kita gak harus cari kendaraan umum lagi untuk menuju Pelabuhan Gilimanuk, soalnya kita sudah punya "kendaraan pribadi", hahahaha... Cukup memudahkan juga lah mengingat kita sampai Pelabuhan Padang Bai Jam 23.00 WIB, itu berarti sudah jam 12 tengah malam waktu sana, dan itu cukup sulit juga untuk mencari kendaraan umum pada jam segitu untuk menuju Pelabuhan Gilimanuk.
Truk pun melaju melintasi Pulau Dewata menembus dinginnya malam. Kerjaan kami di dalam truk hanya tidur dan tidur saja, walaupun sesekali ngobrol sedikit untuk sekedar menanyakan, "Udah sampai mana nih?", karena hanya pertanyaan itu saja yang relevan.
Suasana dalam Truk |
Senin, 5 Juli 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
Terlambat!
Gw terbangun dari tidur yang agak kurang lelap saat pak supir memberhentikan truknya dan berkata kalau dia perlu istirahat sebentar karena sudah tidak tahan kantuk. Jadilah kita semua tidur di sebuah warung di pinggir jalan entah di sebelah mananya Pulau Bali, yang pasti menurut bapak sopirnya kami semua masih sekitar 2 jam lagi menuju Pelabuhan Gilimanuk. Yasudah karena kami semua sudah pegel-pegel karena tidur dengan posisi yang kurang wajar di dalam truk, melihat bangku-bangku warung yang rata dan mantap untuk meluruskan tulang-tulang punggung, maka kami semua sekejap tertidur pulas sampai paginya.
Pelangi menyambut saat tiba di Jawa |
1 jam kemudian kami sudah sampai di pelabuhan Ketapang Banyuwangi, aroma kampung halaman semakin tercium setelah menginjakkan kaki di tanah Jawa ini, rasa rindu juga sudah kian menumpuk dan tak terbendung. Kami langsung bergegas unuk melanjutkan perjalanan ke Stasiun Banyuwangi Baru dianter Bapak supir truk. Meskipun jatah kita sampai Surabaya, namun kami minta diturunkan di Stasiun Banyuwangi Baru saja yang jaraknya hanya sejengkal dari Pelabuhan Ketapang. Sesaat setelah kaki kami turun dari truk dan menyentuh tanah, saat itu pula kami baru tersadar bahwa kereta Sri Tanjung yang hendak kami naiki dari Stasiun Banyuwangi Baru menuju Yogyakarta itu berangkat jam 06.00 pagi! dari St. Bayuwangi Baru. Kami semua panik selagi truk yang kami tumpangi sebelumnya pamit dan pergi meninggalkan kami. Saking paniknya, kami gak kepikiran bahwa bisa saja kami lanjut menumpangi truk tadi dan turun di Surabaya, syukur-syukur ketemu SriTanjung atau kereta lai yang menuju Yogyakarta, tapi sayangnya kita hanya terdiam dan mengumpulkan sebanyak mungkin kemungkinan bahwa kereta SriTanjung tidak hanya berangkat jam 06.00 pagi saja. Atau kemungkinan bahwa keretanya mogok dan ditunda keberangkatannya... halah!
Dengan berbekal beberapa kemungkinan tersebut, kami bertiga menghampiri loket dan bertanya apakah ada kereta yang menuju Yogyakarta selain SriTanjung yang berangkat hari ini. Sayangnya si penjaga loket yag agak mirip Maria Ozawa ini menjawab tidak ada dan menyuruh kami menunggu sampai besok pagi karena SriTanjung baru berangkat lagi besok paginya jam 6. Damn!
Sungguh beginilah yang namanya perjalanan, terkadang kita menemukan hal-hal yang benar-benar membuat kita sangat takjub, tetapi tidak jarang juga kita menemukan hal-hal sebaliknya. Namun ini semua justru sebuah intisari dari perjalanan tersebut, mirip dengan apa yang dikatakan Andrea Hirata pada Trilogi bukunya. Hal-hal asam manis dan pahit dari perjalanan itu lah yang nantinya bakal tertanam di benak dan ingatan kita yang dikemudian hari menjadi cerita-cerita menarik untuk diceritakan, juga menjadi suatu sarana pembelajaran tersendiri bagi beberapa orang. Seperti kata orang bijak,
"It's not about the destination, but the journey..."Yah! memang benar, sebenarnya intinya adalah bukan tempat tujuannya. Tempat tujuan adalah sebuah motivasi agar kita melakukan sebuah perjalanan dimana di dalam perjalanan tersebut kita mendapatkan sesuatu tentang apa yang sebenarnya kita cari. Nice!
Terdampar di Banyuwangi
Dengan berat hati, kami bertiga berjalan keluar stasiun mencari makanan karena perut kami sudah mulai merengek minta makan. Tepat di seberang stasiun terdapat warung Soto Ayam khas Lamongan yang secara tidak langsung menarik perhatian kita untuk berkunjung dan sarapan disana.
Soto ayam Lamongan memang khas dengan ayam kampungnya, tapi yang berbeda adalah penjualnya yang ternyata orang Bogor. Jauh-jauh ke Bayuwangi, eh ketemunya orang Bogor lagi...
Sambil menyantap sarapan, kami berdiskusi tentang nasib kami 21 jam mendatang. Tiba-tiba si penjual soto menyarankan kepada kami untuk menginap di penginapan tempat kita makan soto ayam ini. Ternyata kita sedang makan di depan sebuah penginapan. Aduh dasar emag gw orangnya pelupa, nama penginapannya aja gw lupa :p. Pokoknya harganya 35ribu per kamar. Yasudah lah daripada kami bingung mau kemana lagi, kami menginap disitu semalam dan menghabiskan 21 jam kedepan sambil menunggu keberangkatan SriTanjung dengan.....dengan apa coba?????
TIDURRRRRR INDAAAAAHHH........
Bisa dikatakan hari itu merupakan Hari Tidur Sedunia, kami hanya keluar kamar jika lapar saja. Sungguh benar-benar tidak produktif.
Selasa, 6 Juli 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
Good Morning, SriTanjung!
Pagi-pagi sekali sekitar jam 5 subuh kami sudah bangun dan bersiap-siap meninggalkan penginapan, supaya tidak ketinggalan kereta lagi. Untung jarak penginapan ke stasiun hanya sepanjang ibu jari saja, saja kami jalan kaki menuju stasiun.
Waaaahh...senangnya melihat SriTanjung tiba sekitar jam 6 kurang 20 menit. Sekejap saja kami sudah berada di tempat duduk dan bersiap untuk pulang. Jam 6 pas SriTanjung berangkat menuju Yogyakarta. Yogya, here we come home!
Sudah tidak sabar menunggu SriTanjung |
Sungguh pengalaman yang benar-benar tidak terlupakan. Travelling memang obat paling ampuh untuk membunuh rasa suntuk dan penat didalam otak ini ketika jenuh dengan semua hal berbau "rutinitas". Semua penat terbuang sudah selesai melakukan perjalanan, hanya perlu istirahat sebentar dan kembali melakukan "rutinitas" yang merupakan kewajiban itu.
So, mari Travelling dan jelajahi Indonesia! Jelajahi dunia!
Terima kasih sudah membaca, sampai bertemu di perjalanan berikutnya!
cheers!!!
* * *
#Detail Transportasi
Kosan - Lempuyangan (Taksi) = IDR 25.000 / 3 = IDR 8.500
Lempuyangan - St. Banyuwangi Baru (Kereta SriTanjung) 2x (pp) = IDR 35. 000 x 2 = IDR 70.000
St. Banyuwangi Baru - Pel. Ketapang (Jalan) = GRATIS
Pel. Ketapang - Pel. Gilimanuk (Ferry) 2x (pp) = IDR 6.000 x 2 = IDR 12.000
Pel. Gilimanuk - Term. Ubung (Bus Bahagia) = IDR 25.000
Term. Ubung - Poppies Lane (Taksi) = IDR 80.000 / 3 = IDR 27. 000
Poppies Lane - Pel. Padang Bai (Taksi) = IDR 220.000 / 3 = IDR 74. 000
Pel. Padang Bai - Pel. Lembar (Ferry) 2x (pp) = IDR 31.000 x 2 = IDR 62.000
Pel. Lembar - Sukarare' - Sade - Mawun - dll (PaPauri) = IDR 400.000 / 3 = IDR 135.000
Mataram - P. Bangsal - P. Lembar = IDR 250.000 / 3 = IDR 84.000
Bolak balik Gili Trawangan = IDR 20.000
Truk Ekspedisi = IDR 125.000
TOTAL (transport) = IDR 642.500
#Akomodasi
Hostel di Bali Dwipa (3 hari 3 malam) = IDR 45.000 x 3 = IDR 135.000
Musholla di P. Lembar = GRATIS
Inter Inn Lombok Mataram (1hari 1 malam) = IDR 35.000 / 3 = IDR 12.000
Penginapan Banyuwangi (1hari 1 malam) = IDR 35.000 / 3 = IDR 12.000
TOTAL (akomodasi) = IDR 159.000
#Makan
10 hari di tempat-tempat berbeda dan menu berbeda = IDR 130.000
#Lain - Lain
Sewa Motor 2 utk ber-3 (3hari) = IDR 270.000 / 3 = IDR 90.000
Bensin = 80.000 / 3 = IDR 27.000
Oleh - Oleh = IDR 100.000
Tambal Ban = IDR 5.000
Ganti Kunci Motor = IDR 50.000
Bayar masuk Besakih oleh pecalang = IDR 25.000 / 3 = IDR 8500
Sewa kain = IDR 10.000
Guide Besakih & Sade = IDR. 15.000
Uluwatu Kecak & masuk gerbang = IDR 73.000
GWK masuk = IDR 25.000
Sewa Alat Snorkle = IDR 30.000
TOTAL (Lain-lain) = IDR 433500
GRAND TOTAL BIAYA perjalanan = IDR 1.365.000
Komentar
iya bu masih arky tulis ini yg ke Flores kemaren, soalnya sibuk bagnet di kampus, jadi mau nulis jurnalnya ketunda terus...hehehe
aamiiinn....
sok mangga upami bade nanya mah
gue juga ada rencana mau kesana lagi kyknya wal taun.
Hmm... Buktikan saja sendiri!
pengen bulan madu ala backpacker juga neh kek nya
makasih INFO nya gan
bermanfaat banget bagi yg mau jadi low cost backpacker ^_^
mau dong..
btw kalo ke Lombok aja bulan Mei bakal dapet view maksimal ngga?
Kalau gak salah bulan mei itu msh musim hujan. Kalau view nya itu tergantung Tuhan. Aku gak tahu pasti..hehe. Selamat liburan yah :-)
Obat Aborsi Asli Medan
Obat Aborsi Asli Jakarta
Obat Aborsi Asli Palembang
Obat Aborsi Asli
Obat Aborsi
Jual Obat Aborsi Asli
Jual Obat Aborsi
Obat Telat Bulan Semarang
Obat Telat Bulan
Jual Obat Telat Bulan
Obat Penggugur Kandungan Semarang
Jual Penggugur Kandungan
Obat Penggugur Kandungan
Obat Aborsi Di Papua
Agen Obat Aborsi Di Papua
Jual Obat Aborsi Di Papua
Obat Aborsi Di Papua
Jual Obat Aborsi Di Papua
Agen Obat Aborsi Di Papua
Posting Komentar