Cerita Perjalanan Backpacking Bali - Lombok
Bismillahirrahmaanirrahiim...
*Maaf postingannya agak panjang dan memerlukan waktu yang lama untuk dibaca. Gw bagi per-hari biar (mudah2an) enak bacanya dan gw selipin rekapitulasi biaya setiap harinya. Untuk rangkuman yang lebih simple mungkin gw posting terpisah. Jangan khawatir, pasti gw cantumin foto-foto perjalanannya supaya imajinasi lu gak polos. Mohon maaf juga kalo tulisan gw agak kurang bagus dibaca, itu artinya ada suatu kerusakan di bagian usus 12 jari para pembaca (apa hubungannya?!). Baiklah tidak usah berbasa-basi lagi. Silahkan menikmati.
Alhamdulillah perjalanan liburan yang udah gw rencanain berbulan-bulan lalu akhirnya berakhir dan sangat meninggalkan bermacam pengalaman yang insya Allah bermanfaat buat gw.
Dari yang hanya rencana omongan saja, pengumpulan modal sampai akhirnya terwujudkan. Semua itu bakalan jadi sesuatu yang gak bakal gw lupain seumur hidup.
Berawal dari rencana backpacker-an ke Bali 6 bulan lalu. Dan gw berusaha buat nabung dengan berbagai cara untuk menembus budget. Beberapa cara gw lakuin dengan menekan beberapa biaya seperti pengharum ruangan dan lain-lain yang gak penting. Sumpah berat banget ngumpulin uang segitu banyak bagi gw, meskipun ada orang lain yang bisa menghabiskannya dalam waktu 1 hari saja.
Awalnya kita cuma berdua melancarkan misi ini, tapi ditengah jalan adik kelas kita alias junior kita di Satya Soedirman dan di SMANSA Bogor yang bernama Ginanjar Hadiwijaya atau biasa disebut KICOL, secara tidak sengaja memutuskan untuk ikut melancarkan misi kita. Si anak bungsu yang udah berhak menjadi mahasiswa di Universitas Diponegoro Semarang ini beralasan mengisi waktu senggangnya sambil menunggu kuliah perdana atau ospek dan bermacam kegiatan kampus.
Jadi, dengan begitu personil menambah satu orang. Kita jadi bertiga. Meskipun ada beberapa kawan yang mengatakan "ingin" ikut dan sebagainya. Tapi pada kenyataanya mereka tidak "bisa" ikut dengan alasan yang bermacam macam. "Bisa" dan "ingin" menjadi 2 buah kata yang bisa sangat mengecoh!
Dan sekarang gw mau cerita tentang perjalanan gw yang cukup panjang ini. 8 hari kurang lebih Yogyakarta - Bali - Lombok - Bali - Yogyakarta. That was nice trip! Sambil menunggu nilai ujian yang akan keluar...
* * *
Senin, 28 Juni 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
Hello, this is Sri Tanjung!
Kita bangun sekitar jam 04.30 waktu itu. Gw bangun paling awal dan langsung mandi terus solat, eh gw bangunin yang lain dulu sebelum itu. Karena jam 07.30 kereta berangkat, jadi kami harus nyampe stasiun jam 07.00 biar gak mepet banget.
Beres mandi dan segala rupa, kita langsung angkat ransel dan berpamitan kepada Jamil Huda (Penjaga Kost), sekalian minta tolong difotoin kita bertiga buat dokumentasi..hehe masih aja centil...
Setelah itu kita langusng cari taksi dan bergegas ke Stasiun Lempuyangan. Ada yang aneh, tulisan di argometer sekitar 18 ribuan, tapi sang sopir sudah menaksir harga tadi sebelum kita naik taksi dengan IDR 25000
Kurang lebih 06.30 kita sampai di Stasiun Lempuyangan yang pagi itu sudah penuh oleh orang-orang dengan bermacam macam kesibukan.
Karena takut gak dapet tempat duduk, kita langsung beli tiket untuk bertiga, IDR 35000 untuk 1 orang. Setelah itu kita langsung bergegas masuk ke rangkaian gerbong kereta yang diberi nama Sri Tanjung, yang telah bertahun tahun merayapi lintasan dari Yogyakarta sampai Banyuwangi, sekitar 600 km. Menurut karcis yang sudah kita beli, Sri Tanjung akan berangkat pukul 07.30 dan akan tiba di banyuwangi pada pukul 21.45. Sayangnya jadwal di karcis itu tidak begitu jujur, kebanyakan menipu karena seperti yang kita ketahui namanya kereta ekonomi itu berhenti di setiap stasiun yang dilewatinya belum lagi ia harus mendahulukan gerbong-gerbong yang "kasta"-nya lebih tinggi. Sehingga bila di-akumulasikan semua tidak sesuai dengan harapan.
Dan Sri Tanjung pun melaju tepat pukul 07.30, sesuai jadwal memang...
Udah paling salah kalo naik kereta ekonomi gak bawa air minum dan cemilan yang banyak, karena perjalanan yang akan kita tempuh itu sungguh sangat jauh ditambah harga makanan dan minuman kalo udah masuk ke kereta bisa 3 kali lipat. Terus bakalan menghabiskan banyak waktu untuk tidur, soalnya emang bosenin banget 15 jam liatin sawah.
Sekitar jam 9 malam ketika Sri Tanjung berhenti di stasiun Jember, ternyata lokomotif rusak dan harus diperbaiki terlebih dahulu. Kurang lebih 1 jam kita berhenti di stasiun Jember. Dan setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali sambil mengerutui ketidaktepatan jadwal kereta. Mau nyampe jam berapa???
#Rekapitulasi Pengeluaran :
- Taksi : 25.000 / 3 = 8.000
- Sri Tanjung : 35.000
- Makan : 2 x 5000 = 10.000
- Taksi : 25.000 / 3 = 8.000
- Sri Tanjung : 35.000
- Makan : 2 x 5000 = 10.000
Selasa, 29 Juni 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
The Breaking Dawn
Sri Tanjung yang mempunyai jam karet sekaret-karetnya itupun akhirnya sampai di Stasiun Banyuwangi Baru pukul 02.30. Berarti kita sudah di dalam kereta selama 19 jam! nice!
Stasiun Banyuwangi Baru |
Perut pun terasa lapar jadi kita cari makanan dul di sekitar stasiun dan kebetulan masih ada yang jualan nasi dini hari begini dengan sepeda, langsung saja kita isi perut kita.
Setelah isi perut, kita langsung jalan ke Pelabuhan Ketapang yang jaraknya hanya sekitar 100 m dari stasiun. Awalnya kita mau menumpang truk-truk yang mau menyebrang engan kapal ferry juga, syukur-syukur truk yang langsung ke Denpasar, jadi kita bisa irit ongkos banyak. Tapi melihat kondisi yang kurang memungkinkan, kita putuskan untuk langsung naik kapal ferry aja dengan tiket IDR 6000 sampai Pelabuhan Gilimanuk Bali.
Gw & Kicol di Pelabuhan Ketapang |
Terakhir gw naik kapal ferry itu waktu gw masih kecil banget dalam perjalanan ke Medan dengan mobil bersama keluarga besar. Dan sekarang gw naik kapal ferry dengan 2 orang teman gw dan tanpa kendaraan. Butuh waktu sekitar satu jam untuk menyeberangi selat Bali dengan kapal ferry milik pemerintah ini.
Kita duduk di anjungan atas kapal sambil menikmati angin dan bintang-bintang di langit ketika subuh menyapa. Dan zona waktu berganti, karena Bali sudah masuk Waktu Indonesia bagian Tengah, berbeda satu jam dengan WIB. Tapi seterusnya gw akan pakai waktu WIB karena gw males setting jam tangan lagi.
The Happy Bus
Ketika menginjak tanah Bali, gw udah merasakan jantung gw berdetak cepat, menandakan begitu senangnya gw akhirnya gw bisa ke Bali juga karena gw belum pernha sama sekali ke Bali.
Sampai di Pelabuhan Gilimanuk pukul 04.45 dan kita langsung mencari musholla untuk solat subuh. Beres solat subuh, seorang kondektur langsung menwarkan kami untuk menaiki bis ke Terminal Ubung yang tidak lain adalah tujuan kita selanjutnya. Si kondektur yang berbadan besar ini langsung menarik carrier gw dan menunjukkan arah dimana bisnya berada dan mengatakan kalau bisnya akan segera berangkat.
Kita juga langsung bergegas menuju bis, dan pukul 05.30 bis berangkat menuju Terminal Ubung.
Di perjalanan, masih di sekitar pelabuhan gw masih melihat ada mesjid yang berdiri dan akan direnovasikan. Lalu ibu-ibu yang berjilbab masuk ke bis kita. Gw senang melihat ini karena disini muslim adalah minoritas tapi mesjid masih bisa berdiri, itu menandakan kerukunan umat beragama tercipta di daerah ini.
The Happy Bus |
Di tengah perjalanan tiba-tiba bis Bahagia yang kita tumpangi tehenti. Ternyata kaca bis sebelah kiri lepas dari frame-nya, dan menurut pak sopir ini berbahaya maka ia menghentikan bisnya. Lalu semua penumpang disuruh turun dari bis karena mau di-oper ke bis lain sebab bis Bahagia tadi sudah tidak layak operasi lagi. Ya! bis yang tidak se-"bahagia" namanya...
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya bis Bahagia yang lain datang dan kita menaiki bis tersebut. Dengan ongkos IDR 25.000 kita sampai di Terminal Ubung.
Rumah Sementara
Sampai Terminal Ubung perut kita keroncongan semua. Setelah mondar mandir gak jelas, akhirnya kita memutuskan mengisi perut di Rumah Makan Padang (jangan diartikan rumah yang memakan kota Padang). Mungkin sedikit aneh, jauh-jauh ke Bali kok malah makan di Rumah Makan Padang?
Pertama karena kita gaktau dimana tempat makan yang halal untuk kita karena mayoritas di Bali non-muslim.
Kedua, karena memang perut kita sudah lapar dan hanya rumah makan ini yang sepenglihatan kita emungkinkan untuk kita singgahi, sekalian tanya-tanya arah ke Kuta karena itu tujuan kita berikutnya.
Setelah perut terisi penuh, kita nyari ATM terdekat karena duit kita sudah menipis akibat harga masakan Padang yang mahal tadi. Kita sok-sokan jalan nyari ATM sambil nanya-nanya. Dan akhirnya kita memutuskan untuk naik taksi ke Kuta, soalnya jarang angkot ke Kuta, dan biasanya harus carter sedangkan kita cuma bertiga.
Kita menaiki taksi setelah tawar menawar dan mendapatkan harga IDR 80.000 sampai Jl.Poppies II (Kuta). Berhenti di ATM sebentar untuk ambil persediaan uang dan langsung meluncur ke Kuta.
Saat memasuki Kuta, yang namanya bule-ule sudah bertebaran dimana-mana, apalagi sudah masuk Jl. Legian. Udah kayak bukan di negeri sendiri aja. Tapi gakpapa lah sedikit cuci mata...segerrrr...hahahaha
Didekat monumen Bom Bali kita turun dari taksi dan langsung masuk ke Jl. Poppies II untuk nyari penginepan. Setelah mencari-cari akhirnya kita dapet penginepan dengan nama Bali Dwipa. Setelah menawar-nawar dengan yang empunya penginepan alhamdulillah kita dapet 1 kamar double-bed untuk bertiga selama 3 malam dengan harga IDR 135.000. Sekitar jam 12.30 kita check in dan langsung mandi, solat dan beristirahat. Huuuuaaaaahhhh....
Wayne Bryan
Jam 15.30, kita gak mau menyia-nyiakan waktu selama di Bali jadi kita lagsung jalan-jalan sore ke Pantai Kuta berharap bisa menikmati sunset yang indah sore ini. Dari penginepan ke pantai Kuta tinggal jalan sekitar 10 menit atau sekitar berjarak 100 meter.
Si Kicol yang janji bakal ngajak bule ngobrol udah semanget dandan aja. Malah dia janji kalo ada yang pake BB, mau dia minta juga pin-nya. Kita liat aja nanti...
Sampai di pantai Kuta, teryata ramai sekali dan cukup keren pantainya. Yang pasti, disini lebih banyak bule-nya daripada orang lokal. Dan mereka juga lagi menunggu matahri terbenam sambil berbaring di atas pasir. Sumpah ini mah menggoda iman banget berada di pantai ini. sejauh mata memandang itu isinya bikini-bikini semua. Mereka udah ngerasa kayak dirumah sendiri aja mondar mandir pake bra sama celana dalem doang. Ck ck ck... *geleng-geleng* namanya juga pantai...
Kita bertiga jalan menyusuri pantai dan menunggu pemuktian dari janji si Kicol yang katanya mau ngajak ngobrol bule. Si Philip seperti biasa juru kamera yang siap mengabadikan momen-momen yang harus diabadikan.
Sekitar 15 menit kita bolak alik susurin pantai dari tadi si Kicol belum buktiin juga itu omongannya, dan akhirnya saat kita berpapasan dengan 2 orang bule yang cantik (tentu saja cewek), si Kicol yang mungkin sudah tidak tahan gw tagih-tahih janjinya akhirnya menyapa 2 orang bule tersebut.
"Hello miss, can i take a photo with you?", dengan gaya seperti memegang kamera digital si Kicol menyapa 2 bule itu.
"Ya! of course", bule itu langsung meng-iyakan dan berpose siap untuk difoto.
"Cky, sini ayo kita foto!", si Kicol ngajak gw yang lagi pura-pura gak tau.. :p
"Ayo, Lip fotoin!", dengan tidak sopannya si Kicol nyuruh Philip.
Are we like a family :p ? |
Capek jalan-jalan, kita bertiga duduk di pasir sambil menunggu matahair yang sudah mulai jatuh ke dalam cakrawala. Sambil foto-foto dan ngobrol serta lihat pemandangan yang indah-indah... hehe :p.
Lagi ngeliatin sekitar, gw tertuju pada seorang bule yang cukup berumur dan sedang duduk sendiri dengan ranselnya sambil minum sebotol Coca Cola dengan pakaian kaos belel dan celana pendek.
Tiba-tiba gw berkeinginan untuk ngajak ngobrol itu bule karena sepertinya orangnya asik.
Tanpa gw sadari gw langsung nyamperin itu bule dan menyapanya.
"Hello!", sapa gw sambil mengulurkan tangan. Dan dia menyambutnya agak ragu.
"My name is Arcky, and what is your name?", dengan bahasa Inggris sok-sok an gw memperkenalkan diri.
Dengan logat yang tegas dan bulat, "Wayne Bryan"
"Where do you come from, sir?", tanya gw.
"There...", sambil menunjuk ke seberang laut Bryan menjawab.
"Australia?"
"Ya. Umm..actually i was born in England but since 40 years ago I moved to Australia and lived there till now."
pantesan ngomongnya rada-rada bulet gitu logatnya, British abis. Dan gw lanjut ngobrol sama dia, orangnya sesuai dengan dugaan gw, asik diajak ngobrol. Ternyata dia itu juga Traveler, sob! backpacker juga pula. Dia udah berkunjung ke kurang lebih 55 negara kalo gak salah. Umurnya sekitar 54 tahun. Dan yang bikin gw malu, dia ternyata lebih tau tentang Bali & Lombok daripada gw (siapa yang orang Indonesia nih?). Dia cerita tentang pengalaman-pengalaman perjalanannya dan dia berkomentar tentang perubahan Bali dulu dan sekarang. Dia bilang pembangunan gedung - gedung di sekitar pantai inilah yang kurang dia suka. Dengan membangun bangunan maka lahan hijau akan berkurang dan ini akan berdampak pada isu global yang lagi marak sekarang ini yaitu global warming. Sependapat gw sama ini orang.
Si Kicol dan Philip nyamperin kita berdua yang lagi ngobrol. Gw kenalin mereka berdua ke Bryan. Bryan mengerti kalo bahasa Inggris kita sekenanya, makanya dia mencoba menyampaikan segala sesuatunya dengan semudah-mudahnya agar kita mengerti, terkadang ia menggunakan isyarat tangan dan terkadang juga itu membuat kita tertawa. Saat dia menggambarkan kalau dia tidak suka dengan kota Jakarta yang semrawut dengan menunjuk jempolnya ke bawah sambil mulutnya meniru orang kentut, "Brrrrrrrtttttt....".
Sayang sunset yang kurang bagus kala itu karena tertutup awan, tapi tidak mengapa karena gw cukup senang karena bisa ngobrol dengan orang hebat seperti Mr. Sepatu (julukan Wayne Bryan). Sayang gw lupa untuk ngambil foto dengan orang ini.
Dan setelah menanyakan dimana tempat makan yang murah yang bisa kita dapatkan di daerah Poppies kepada Wayne Bryan karena kita sudah lapar, kita langsung menuju tempat makan tersebut. Sebenernya kalo di Jogja kita sudah bisa dapat nasi telor 2 piring dengan uang 10 ribu, bahkan dengan 2 gelas es teh manis. Tapi disini hanya dapet sepiring nasi goreng. Itu sudah makanan termurah yang halal yang bisa kita temuin di Poppies.
Karena perut sudah mulai mengonggong, langsung kita lahap itu nasi goreng tepat pukul 19.00.
Beres makan, kita langsung pulang untuk istirahat dan mandi. Jam 19.30 kita sampe losmen dan lansung mandi, sholat dan langsung istirahat.
#Rekapitulasi Pengeluaran :
- Ferry (Ketapang - Gilimanuk) : 6.000
- Bis Bahagia (Gilimanuk - T.Ubung) : 25.000
- Taksi (T.Ubung - Kuta) : 80.000 / 3 = 26.000
- Makan : 10.000 + 15.000 = 25.000
Rabu, 30 Jui 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
The Long Day
Saking pulesnya tidur, kita bangun kesiangan dan gak sholat subuh (maafkan hamba ya Allah..). Jam 07.15 kita baru bangun danlansung sarapan ke bawah. Kita dapat sarapan gratis dari losmen-nya (lumayan ngirit duit makan). 07.20 kita sarapan Banana Pancake yang gak beda jauh sama pisang goreng, cuma beda wujudnya dan cara makannya aja, hahaha...
Lagi sarapan, ada bule yang baru check in sendirian, dan dia langsung nyamperin kita untuk sarapan bareng sambil nunggu kamarnya diberesin. Namanya Kurt (bukan Cobain), dia seorang bartender di Australia dan sekarang lagi berlibur. Kayaknya ini orang meskipun dengan tas ransel dan losmen yang murah gini, tapi orangnya rada berfoya-foya. Maksud gw gak seperti si Wayne Bryan yg kemaren kita temuin, yang low cost traveller abis. Agak kurang asik ngobrol sama doi. Yaudah karena keburu siang, kita tinggalin aja tuh bule.
Philip, Kurt dan Gw |
Beres sarapan kita langsung bergegas mandi karena kita gakmau buang-buang waktu, perjalanan jauh hari ini.
Tepat jam 09.00 kita sudah siap dan keluar losmen untuk cari penyewaan motor. Sebenernya losmen ini nyewain motor tapi harganya kurang sreg, jadi kita memutuskan untuk mencari di sekitar jalan Legian, sekalian jalan-jalan.
Philip punya firasat kalo ada tempat sewa motor yang lebih murah daripada di Jl. Legian. Karena dia pikir di Jl. Legian adalah kawasan komersil yang isinya wisatawan semua. Maka dia ngajak kita muter ke Jl. Majapahit dan ternyata...sama sekali tidak ada tempat sewa motor di situ. Kita susuri Jl. Majapahit sampe akhirnya kita ketemu Jl. Legian lagi dan karena sudah terlalu siang, kita putuskan untuk menyewa motor sekenanya. 10.45 kita menemukan tempat penyewaan motor
Namanya bapak Gusti, dia yang meyewakan 2 motor Mio kepada kita. Tawar boleh tawar akhirnya kita dapet sewa motor 45 ribu sehari/motor, dan kita langsung ambil sewa 3 hari. Bapaknya bilang kalo kita oleh balikin nih motor hari Jumat sorenya. Gak pake banyak cincong karena udah siang, langsung kita bayar cash.
Setelah administrasi selesai, kita langsung cabut dan tujuan kita awalnya adalah Kintamani yang ada di utara sana, sedangkan kita berada di Kuta yaiti selatan Pulau Bali. Kira2 nyampe gak yaa??
Motor melaju dan karena kita melewati plang Sanur Beach di perjalanan kita, kita memutuskan untuk mampir kesana sebentar hanya untuk mengambil foto (takut gak keburu kesini lagi gitu...). Jam 11.00 kita sampe Pantai Sanur yang cukup keren dan anyak orang berselancar serta berjemur. Kita foto-foto sebentar dan lagsung memasang tripod untuk mengambil foto kita bertiga. Niatnya setiap tempat yang kita kunjungi, kita foto bertiga gitu...
@ Sanur beach |
Beres makan kita langsung belaja cari oleh-oleh di Pasar Sukowati yang terkenal ini. Karena dibatasi biaya dan waktu, gak pake lama gw nawar nawar dan langsung beli oleh2 buat orang rumah (mohon maaf yang lain, karena terbatasnya biaya saya tidak memebelikan kalian oleh2. harap maklum yah..^^).
Tepat Pukul 13.00 kita menyudahi berbelanja di Pasar Sukowati ini dan langsung melanjutkan perjalanan yang tertunda ke Kintamani. Kembali Motor Mio melaju...
Di tengah perjalanan kita melihat plang ke arah musium Antonio Blanco, karena tertarik dan searah dengan Ubud, sekalian mampir kita berbelok kesana.
Sayang banget gakbisa masuk T_T |
Memasuki Ubud ternyata disini juga rame bulenya. Jalannya menggunakan paving blok dan gw suka banget, jadi terkesan seperti diluar negeri gitu. Disini juga udaranya adem dan kiri kanan jalan kebanyakan toko kerajinan dan cafe cafe tempat bule pada mangkal.
Sampai di Musium Antonio Blanco, ternyata harga tiketnya 30 ribuan, kita gak berani masuk karena terlalu mahal tiketnya dan tidak mau menghabiskan waktu. Akhirnya kita cuma foto-foto aja di musium Antonio Blanco. Dan gw menemukan alasan kenapa Antonio Blanco betah berada disini sampe dia bikin musium segala. Karena alam disini masih asli dan sangat indah. Sepi, jauh dari kebisingan, beda banget sama pantai Kuta yang kemarin gw kujungi.
Beres dari Musium Antonio Blanco yang sayang sekali gw belum bisa menikmati hasil karyanya, kita jalan jalan sebentar menyusuri jalanan di Ubud.Sesekali mengambil foto untuk kenang-kenangan. Gak lama disitu karena sudah mulai sore, kita langsung cabut ke arah Kintamani, tujuan awal kita. Motor Mio melaju kencang.
Dan kita sudah mulai memasuki pedesaan yang begitu asri, sawah-sawah dikiri dan kanan jalan. Tapi sayangnya gerimis tiba-tiba datang, dan tidak lama semakin lebat semakin membasahi kita. Kita langsung pakai jas hujan, dan memutuskan untuk kembali pulang saja karena kalaupun dipaksakan ke Kintamani tidak akan bagus kalo hujan begini. Kita kembali pulang.
Di tengah perjalanan kita menyempatkan ndulu berbelok ke daerah yang namanya Tegal Lalang. Disitu yang katanya ada banyak sawah-sawah terasering. Tentunya ini termasuk salah satu tujuan kita. Dan kita tidak mau menyianyiakannya karena hujan semakin reda.
Seperti bermain undian, sebanyak-banyaknya tempat kita kunjungi supaya waktu tidak terbuang sia-sia.
Sekitar 20 menit dari Ubud ke Tegal Lalang. Saat kita sudah melihat sawah terasering yang menurut kita bagus, karena kita tidak mau terlalu jauh menanjak lagi, kita langsung berhenti dan mengambil foto. Setelah kita memarkirkan motor di pinggir jalan, kita disamperin sama anak-anak yang hendak menjual kartu pos kepada kita. Awalnya kita dikira orang asing oleh mereka. Gw juga bingung kenapa mereka ngira orang asing, mungkin karena dandanan kita agak ke-turis-turisan kali ya...
"Buy this mister! onli twenti tausend for ol mister", anak tadi menawar ke gw.
Gw jadi niat jail deh, "How much?"
Mereka beneran ngira kalo kita ini orang asing. Terus mereka nanya,
"Where do you kam from, mister?"
"Umm..Where are from Malaysia..."
"Ooooohhh...Upin Ipin ha?
Hahahaha ngasal parah...mereka percaya aja lagi kalo kita dari Malaysia. Mereka terus terusin ngikutin kita untuk nawarin kartu pos nya. Gw sebenernya kasian, tapi apa daya uang kita hanya pas-pasan.
Kita juga sempet berkenalan sama 2 anak ini. Namanya Wayan dan Ketut, dan kita sempet berfoto bersama. Mereka masih SMP ternyata.
Tapi sayang sungguh disayang soalnya ladang padi sepertinya sedang belum ditanam, jadi tidak terlihat seindah kalo padi menghijau. Terasering nya bakalan keren banget pasti. Ditambah cuaca mendung...yaaasaaalaam...
Gw & Kicol bersama Ketut & Wayan |
Mengejar Matahari (Tenggelam)
Merasa sudah sore, kita harus segera menuju tujuan terakhir kita yaitu Tanah Lot. Sekitar jam 16.30 kita pacu kembali motor kita menuju sisi barat daya pulau Bali. Karena kita sungguh mengharapkan banget sunset di Tanah Lot yang pastinya sangat indah seperti di lukisan - lukisan yang pernah gw lihat sebelumnya.
Sampai Denpasar ternyata sudah masuk waktu Magrib, dan kita terus pacu berharap masih bisa ngejar di Tanah Lot. Dan ternyata Tanah Lot tidak sedekat yang kita kira. Dari Denpasar aja masih sekitar 2 jam lagi. Alhasil kita baru sampai di Tanah Lot pukul 19.00 WIB, dan ironisnya pas kita dateng, orang orang justru sudah mau pulang semua. Cuma kita doang yang baru dateng jam segini!
Tanah Lot at night |
Tapi tidak apalah, setidaknya sudah menjejakkan kaki di Tanah Lot ini. Pura Tanah Lot yang terkenal itu sudah tidak terlihat kalo udah malem gini. Untungnya kamera Philip canggih bin mahal, jadi meskipun malam gini, asal ada cahaya, dengan mengatur beberapa elemen dan sistem kamera sedikit. Taaadaaaa....Pura Tanah Lot dapat diabadikan...tentunya bersama dengan gw. Alhamdulillah...
Beres foto-foto dan melakukan perjalanan seharian yang cukup melelahkan, kita makan dulu di warung yang hampir tutup di sekitar parkiran Tanah Lot. Kita cari saja yang kira-kira halal, ketemu lah Warung Masakan Padang. Sebenrnya gw ragu dengan harganya, tapi namanya urusan perut, yasudahlah...
Beres makan dan gw sudah mengira sejak awal tentang harganya, kita langsung bergeas meninggalkan Tanah Lot langsung menuju Losmen Bali Dwipa untuk mandi dan isitrahat.
Dan di jalan pulang saat kita memasuki Jl. Legian, waktu itu sudah sekitar jam sepuluh malam kurang. Bule - bule bertebaran dimana-mana, aurat dipamerkan kemana-mana, wisatawan asing adalah mayoritas, minuman keras sudah tidak asing lagi, klab-klab bermusik keras juga saling bertarung suara mana yang paling keras dan paling banyak menggaet wisatawan.
Gw jadi teringat peristiwa disini beberapa tahun yang lalu. Gw sedikit mengerti kenapa orang-orang yang "kejam" itu meledakkan tempat ini. Padahal tepat di tempat kejadian, sebuah monumen yang bertuliskan korban-korban dari kejadian itu berdiri tinggi. Yang mungkin bertujuan untuk mengenang betapa dahsyatnya peristiwa beberapa tahun lalu.
Gw seketika langsung merinding ketika melewati monumen itu dan melihat kenyataan bahwa tidak bisa gw pungkiri kalo yang namanya maksiat bertebaran di sekeliling gw. dalam hati gw hanya berdoa semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.
Dan akhirnya sampai lah kita pada Losmen tercinta, yang mempunyai kamar mandi ber-bathtub tapi tidak bisa menampung air karena bocor.
Meskipun target kita yaitu Kintamani belum bisa dicapai hari ini, berarti kita harus capai besok. Dan harus bangun pagi supaya tidak buang-buang waktu.
Gak pake banyak cincong kita langsung mandi, sholat dan bergegas tidur...Zzz..Zzz..Zzz
See you tomorrow!
#Rekapitulasi Pengeluaran :
- Sewa Motor : (2 x 3 x 45.000) / 3 = 90.000 (3 hari)
- Makan : 6.000
- Oleh-oleh : 100.000
- Makan : 10.000
Kamis, 1 Juli 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
Unexpected Wheel
Jam 05.30 kita udah bangun, langsung mandi dan segera sholat subuh. Selamat datang bulan Juli! karena sekarang waktunya gajian, dan artinya uang bertambah, alhamdulillah. Beres mandi kita langsung sarapan. Mengingat jarak tempuh Kintamani ternyata sangat jauh, jadi kita berusaha berangkat sepagi mungkin. Makan juga cepet- cepet dah.
Jam 06.30 beres sarapan kita langsung cabut menuju Kintamani, gak pake mampir-mampir ke tempat-tempat lain, kita langsung menuju Kintamani.
Di tengah jalan di sekitar daerah Sukowati, gw merasa da yang aneh dengan ini motor yang gw kendarain. Rada oleng kalo dibawa belok, dan bener aja ternyata ban-nya bocor. Kita coba berenti sebentar dan tanya ke orang sekitar dimana bengkel tambal ban di daerah sini. Alhamdulillah jaraknya gak jauh-jauh amat, motor gw tumpangi dengan posisi pantat agak ke depan karena yg bocor ban belakang supaya mengurangi beban dan gesekan pada ban belakang terhadap jalan aspal (ciyee ilmiah gilaa..).
Dan sampailah kita di tempat tambal ban. Alhamdulillah bisa ditambal, gak harus ganti ban dalem yang baru, jadi gak usah mahal-mahal deh goceng doang palingan. Sambil nunggu ban ditambal, kita foto-foto di pura deket situ.
Setelah 25 menit menunggu, ban akhirnya beres ditambal dan kita langsung meneruskan perjalanan, kira -kira jam 07.55 waktu itu. Kita tidak menelusuri jalur yang sama dengan kemarin. Gak tau si Philip dapet ilham darimana, dia yang ngasih tau jalan alternatif itu.
Jalannya relatif lurus dan seperti menuju ke desa-desa gitu. Sekitar 1 jam perjalanan kita memasuki daerah persawahan dan itu sangat bagus banget. Kiri kanan kita hijau semua, udara nya juga tipis akan polusi yang pastinya sejuk banget.
Dan setelah menempuh perjalanan kira-kira 2 jam, akhirnya kita sampai di Kintamani. Saat jalan tanjakan terakhir yang membawa kita memasuki daerah Kintamani berakhir, mata gw langsung terpana sejenak karean di depan gw itu langsung terlihat Gunung batur dan Gunung Agung serta diantaranya ada Danau Batur. Dan gw gak bisa ngungkapin ini dengan kata-kata, gw terdiam sejenak dan cuma bisa bilang,"Subhanallah...Allahu akbar!". Gw melambatkan laju motor karena gw terpesona dengan apa yang gw lihat saat itu.
@Kintamani staring Mt.Batur and it's Lake |
The Hidden Palace
Setelah berisitirahat untuk makan roti dan mengisi bensin sebentar, kita langsung mencari spot untuk 'photo scene'. Sia - sia juga kalo udah mamapir kesini tapi tidak diabadikan mah, betul tidak?
Spot yang bagus sudah didapat, dan kita foto-foto sebentar setelah itu kita langsung melanjutkan perjanan berikutnya ke Pura Besakih, yang katanya pura terbesar di Bali. Jam 09.40 kita langsung lanjut ke Pura Besakih.
Dari jalan raya Kintamani ada satu belokan yang menuju arah Pura Besakih. Pas masuk, jalannya sepi banget, tertutup pohon pohon rindang di kiri kanan jalan, jadi agak gelap gitu. Biar nyampeny juga cepet, maka motor kita tancep kenceng mumpung jalanan sepi. Tiba-tiba di pinggir jalan ada warung dan ada ibu-ibu teriak-teriak sambil tangannya melambai lambi ke arah si Philip yang motornya ada di depan gw sama si Kicol. Tapi si Philip langsung bablas aja gak peduliin ibu-ibu itu. Setelah Philip bablas, ibu-ibu itu malah berpaling ke gw. Gw mikirnya ini ibu-ibu minta tumpangan kali ya, solnya daritadi gw perhatiin jalannya sepi banget gak ada kendaraan, ibu itu juga bawa-bawa kayak sesajen gitu, gw pikir dia harus menghadiri upacara dan gak ada kendaraan, apalagi dia teriak-teriak, "Pura besakih...Pura Besakih...", makanya gw berhenti. Dan dugaan gw salah total, itu ibu-ibu nanya gw mau kemana dan nama gw siapa serta gw darimana. Setelah gw jawab semuanya, dia langsung baca semacam doa atau mantra gitu dengan sesajennya, dan tiba-tiba jidat gw ditempelin sesuatu, motor gw juga ditempelin sesajen gitu. Katanya biar selamat dijalan karena perjalanan ke Pura Besakih cukup jauh. Gw pasrah, gw gakbisa apa-apa dan perasaan gw mengatakan kalo abis ini si ibu bakal meminta sesuatu. Tuh kan bener, beres mendoakan, si ibu memberikan gw sesejen yg biasa dipakai orang-orang Bali di depan rumahnya terus bilang, "Ini buat di Pura Besakih, seilahkan adek ngasih seikhlasnya...". Gw langsung merogoh dompet. Alamak, duit gw cuma selembar gocap-an. Gw bingung, ini orang bilang seikhlasnya tapi gw gak enak juga kalo gak ngasih apa-apa. Yaudah gw bilang aja, "Bu, ada kembalian gak? ini ibu saya kasih 5 ribu ya...", sambil nyodorin duit gocap tadi. Dan ibu itu langsung ngambil dan ngasih kembaliannya. Setelah itu gw langsung cabut meneruskan perjalanan. Gw malah merasa agak-agak merinding setelh dipakein doa-doa dan mantra tadi, apalagi jalanan sepi gini.
Di tengah perjalanan si Philip dan Kicol balik arah nyariin gw. Mereka kira gw kenapa-kenapa. gw ceritain aja semua yg tadi. Dan perjalanan kit lanjutkan kembali.
Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, sebentar lagi kita sampai Pura Besakih. Pas mau memasuki jalan utama nya karena kita ternyata masuk dari jalan alternatif, kita diberhentikan oleh beberapa orang yang berseragam dengan bertuliskan 'Pecalang', yang kemudian gw ketahui adalah satuan keamanan tradisional di Bali yang membantu kelancaran adanya upacara adat, kira-kira seperti itu. Kami diberhentikan dan ditagih sejumlah biaya masuk gitu. awalnya dia meminta 40 ribu karena katanya 20 ribu untuk tiap motor. Kita kaget, karena duit kita terbatas dan ATM sangat jauh dari sini. Kita pun menawar, dengan segala alasan akhirnya kita diperbolehkan masuk dan membayar IDR 25.000. Gw gak tau pecalang yang tadi itu ilegal atau bukan, yaudahlah biarin aja, mudah-mudahan memang segitu biayanya.
Tepat jam 11.00 kita sudah sampai di Pura Besakih. Kita langsung parkir sepeda motor dan tiba-tiba 3 orang penjual kain menghampiri kita seperti wartawan untuk menawarin sewa kain. Karena memasuki Pura besakih harus memakai kain khusus Bali katanya. Dia menyewakan nya IDR 10.000 pada kita, dan untuk menghormatinya kita sewa kain tersebut. Karena gw pake celana pendek sendiri, maka kainnya beda sendiri juga daripada Kicol dan Philip. Kain yang gw pakai kayak sarung gitu menutupi aurat. Nah, kalo yang pake celana panjang cuma diiket kain kayak sabuk gitu aja di pinggang (jadi agak nyesel 10ribu buat nyewa kain beginian doang).
Setelah lengkap dengan kain, kita baru bisa memasuki komplek pura. Dan ternyata kita harus dikawal guide atau penjaga pura agar tidak macem-macem dan tau mana yang boleh dan tidak boleh di komplek pura ini. Di satu sisi gw kagum dengan cara orang Bali menjaga budaya nya agar tidak dirusak oleh budaya luar, salah satunya dengan penjaga pura ini. Tapi disisi lain gw cemberut mengingat dengan dikawal penjaga pura berarti kita sepatutnya memberikan 'uang terimakasih' kepadanya, sedangkan uang kita lagi tipis. Tapi untungnya mereka mengatakan kalo masalah uang terimakasih itu cukup se-ikhlasnya saja. Alhamdulillah. Maka setelah dapat guide, kita langsung memasuki komplek Pura.
Kita bertiga di halaman Pura Besakih |
Oh iya, dari sini juga kalo cuacanya bagus, kita bisa liat pantai Sanur. What?! pantai Sanur? iya sob, sumpah deh gw gak boong, gw liat sendiri kok itu laut... ck ck ck *geleng-geleng*
Pokoknya disana gw cari ilmu sebanyak-banyaknya dan ambil foto sebanyak-banyaknya, kagak rugi dah.
Berjemur alias Sun Bathing (secara tidak langsung)
Selama 1 jam kita disana dan sekitar jam 12.00 kita pulang untuk mengejar sunset di Uluwatu, next destination kita, sambil nonton tari Kecak seperti yang gw liat di tv - tv. gw dari dulu pengen banget nonton tari Kecak pas sunset di Uluwatu, mudah-mudahan kali ini kesampean. Oke, motor kita tancap ke arah selatan. Eits, kain pinjemannya balikin dulu dooong....hehehe *garing*
Nah, gw baru sadar kalo dandanan gw selama di Bali saat berkendara motor sangat salah. Gimana enggak, udah tau jalan-jalan naik motor tengah hari gini, tapi :
- Pake baju lapangan tapi lengannya dilipet sampe sikut
- Pake helm tapi gak ada kacanya, cuma ditutupin kaca mata item (ini sih emang gak ada helm lagi)
- Pake celana pendek (ngarah tiis kena angin)
- Kagak pakai Sanblok alias pelindung sinar matahari (ini masalah utamanya)
Maka dari entu, kulit gw menjadi hitam legam. Mending kalo itemnya item seksi kayak bule-bule, ini mah item tukang parkir. Gakpapa deh, itung-itung oleh-oleh...tapi buat siapa yah? *clingak-clinguk*
2 jam lebih gw nyupir motor dari Pura Besakih menuju Uluwatu bermandikan cahaya matahari siang bolong. Gimana kagak gosong? Belum lagi debu-debu kendaraan bermotornya. Untung Bali kagak kayak Jakarta, bisa-bisa sampe Uluwatu gw panen daki dah..terus gw kiloin dah ke tukang daging, gw bilangnya itu daging kambing bakar... Gila!
Karena kita lupa kalo perut kita belom diisi alias perut sudah meronta-ronta, kita mau makan dulu. Tapi kan duit di kantong udah abis. Yasudah kita cari ATM terdekat, dan kalian tahu? perjuangan yari ATM ini ya ampun susahnya. Udah dapet ATM yg dimaksud, eh ternyata rusak, nyari lagi yang searah ke Uluwa.tu Jalan yang sebenrnya hanya 100 meter, terasa seperti 10 kilometer kalo lagi panik gini perut keroncongan. Dan akhirnya gw ngeliat di kiri jalan sebuah plang ATM Mandiri di Mini Market. Langsung deh motor diputar balik menuju situ. Kita ambil uang, Philip nraktir eskrim, dan kita langsung makan di warung muslim tepat di seberang Mini Market tempat kita ambil uang. Kira kira jam 14.30 kita isi perut alias makan. Karena lapar nya sudah stadium 3, jadi porsi nasinya nyerempet porsi tukang becak...hahaha...
Oke, sudah terlalu sore, gak boleh ketinggalan sunset lagi kayak kemarin! Kita langsung cabut beres makan sekitar jam 15.00.
Garuda Wisnu Kencana (GWK), terlihat di samping jalan menuju Uluwatu. Kita sempatkan untuk mampir kesana dulu, supaya gak kelewatan nanti-nantinya. Kita masuk ke GWK dan ternyata harus bayar untuk masuk kesana. 25 ribu per orang dan fasilitas yang bisa didapatkan antara lain : Karikatur wajah, Tatto temporer, dan Nonton Tari Kecak jam 17.30 nanti. Kata penjual tiket GWK kalo di Uluwatu nonton Tari Kecak mahal, dia bilang lebih baik disini 25 ribu udah dapet semuanya.
Kita berpikir sejenak, kita berada diantara 2 pilihan karena waktu kita gak banyak. Mau nonton tari kecak yg murah seharga 25 ribu dan fasilitas lainnya atau nonton Tari Kecak dibawah naungan matahari terbenam di Uluwatu tapi mahal kemana-mana?
Setelah berunding, kita memutuskan untuk nonton Tari Kecak di Uluwatu, sunset besok, kita sudah harus meninggalkan Bali untuk bertolak ke Lombok. Dan Tari Kecak dibawah naungan matahari tenggelam adalah impian gw banget dari dulu. Gakpapalah, mungkin kalo belom capek nanti malem beres dari Uluwatu kita mampir ke GWK dulu atau mungkin juga besok sebelum kita bertolak ke Lombok, kita mampir dulu di GWK.
Kunjungan ke GWK kita tunda, langsung kita tancap gas ke Uluwatu. Hanya 30 menit dari GWK menuju Uluwatu. Jalannya naik turun seperti menuju ke Tanah Lot. Bedanya di kiri kanan jalan terlihat hutan-hutan, beda dengan jalan menuju Tanah Lot yang ada sawah - sawah di kiri kanan jalannya.
Sebelum sampai di lokasi, kita diwajibkan membayar retribusi gitu per kendaraan sebesar IDR 2000 kalo gak salah.
Sunset On The Edge
Tepat jam 16.10 kita sampai Uluwatu, dan seperti di Pura Besakih, kita diwajibkan memakai kain yg seperti penutup aurat itu. Tapi kali ini harganya lebih murah dari yg di Pura Besakih, hanya IDR 1000 per kain. Seperti biasa karena gw pake celana pendek, jadi gw dipakein kain seperti make sarung gitu.
Oke, beres pake kain kita masuk ke Pura Uluwatu yang berada di atas tebing ini. Kita diperingatkan untuk melepas kacamata soalnya banyak monyet yang jail suka ngambil-ngambilin barang. Pas kita masuk emang banyak banget monyetnya. Awalnya gw gak percaya sama omongan orang tadi, eh tauya gak lama omongan orang tadi terbukti. Ada monyet yang ngambil kacamata seorang pengunjung di depan mata kita. Okelah gw masukin aja kacamata gw kedalem tas. Beda sama si Kicol, si Kicol ngeyel masih make Udeng (penutup kepala khas Bali) karena dia pikir petugas petugas di Uluwatu juga pada pake udeng semua.
Kita jalan-jalan melihat-lihat dan gw kembali takjub ngeliat tebing dan di depan gw laut lepas samudra Hindia. Langsung deh photo session jepret sana sini. Karena emang rugi banget kalo gak diabadikan. Beres foto-foto, kita cari informasi tentang Tari Kecak itu, dan ternyata harga tiketnya IDR 70.000 sob. Gak pake mikir langsung kita beli untuk bertiga dan pertunjukannya nanti jam 17.00. Sambil menunggu pertunjukan, kita jalan jalan keliling Pura untuk foto-foto lagi. Kita ketemu sama temennya Kicol yang namanya Virania, anak Smansa juga, dia bareng sama keluarganya liburan di Bali.Virania itu adiknya Aryo, kakak kelas gw di SMA 1 Bogor. Ckckck dunia terasa sempit kalo begini.
Jadi Pura ini memang berada di pinggir tebing seperti ini, kita bisa ngeliat ke bawah ombak-ombak yang berusaha keras menerjang tebing karang. Gradasinya oke punya antara biru laut, ombak dan tebing serta bangunan puranya. Awesome!
Kalo diatas tebing gini didepan laut lepas bawaannya pengen teriak sekeras-kerasnya terus loncat kebawah dah. Tapi malu juga kalo teriak dan nyawa gw cuma kalo mau loncat, jadi kemauan tadi gw urungkan saja.
Ya, sebentar lagi pertunjukan Tari Kecak akan dimulai. Panggung yang mirip Colosseum di Roma sudah penuh dengan penonton padahal pertunjukan masih 15 menit lagi menurut jadwal. Takut gak dapet tempat duduk, kita langusng bergegas ke panggung yang sebenernya sederhana, berbentuk lingkaran dan dikelilingi korsi penonton yang bertingkat yang terbuat dari kayu. Tapi yang bikin panggung ini eksklusif adalah posisinya yang menghadap ke barat alias tempat dimana sang surya berisitirahat setelah mengelilingi setengah bumi. Dibayangin aja udah ngiler gw.
Di jalan menuju panggung, Kicol bernasib sial karena udeng yang dia pakai dicuri seekor monyet jail. Kicol gakbisa apa-apa karena si monyet sungguh lincah dan Kicol cuma bisa ngeliatin udeng yg dia pakai digigitin monyet yang mungkin sedang kelaparan itu. Sebenrnya kalo si Kicol mau udeng-nya balik bisa aja. Di sekitar situ ada pawang monyet yg bisa ngejinakin monyet. Sebelumnya kita ngeliat seorang pengunjung wanita yang kacamata-nya dicuri seekor monyet, dan seorang pawang monyet itu langsung mengambil kacamata dari monyet tadi dan memberikannya ke yang memiliki kacamata. Tapi kayaknya si pawang meminta imbalan karena gw liat si pawang masih nongkrongin si cewek yang punya kacamata padahal kacamatanya udah dibalikin.
Tapi si Kicol sudah meng-ikhlaskan udeng tersebut lagipula sudah digigitin si monyet, jadi yasudahlah. Paling ledekan dari bapak-bapak sekitar yang agak membuat hati emosi...hahahha..kasian banget lu col...
Tempat duduk sudah penuh banget, rata-rata wisatawan asing yang menghadiri pertunjukan ini. Alhamdulillah setelah mencari-cari tempat duduk yg kosong akhirnya dapet juga. Karena panggung menghadap ke barat dan waktu menunjukkan pukul 17.00, artinya matahari tepat di seberang kita dan itu cukup membuat silau pandangan dan juga menambah hitam kulit gw. Udah padet, panas pula...sungguh kondisi menunggu yang kurang ngenakin...
Dan akhirnya pertunjukan yang ditunggu-tunggu dimulai juga!
Dimulai dengan masuknya beberapa penari yang isinya pria semua ke dalam panggung dan memberi salam lalu duduk membentuk sebuah formasi melingkar. Lalu mereka berteriak serempak membentuk nada nada, "Cak...Cak...Cak...". Teriakannya hanya seperti itu saja, cuma tempo dan urutannya setiap orang berbeda, jadi kalo dinyanyikan srempak, seperti mendengar komposisi sebuah orkestra instrumen alat musik, padahal ini sama sekali gak pake alat musik lho. Disela-sela komposisi nada tersebut ada salah satu orang yang juga menyanyi, dan ini menurut gw keren banget! Suara cowok tapi kayak sinden-sinden jawa gitu. Gw sempet keinget sama Sudjiwo Tedjo suaranya menggunakan tangga nada pentatonis. Gila keren abis apalagi dengan setting di hadapan gw laut lepas bermahkotakan matahari terbenam, beuh! juara! Gw langsung bilang ke Philip dan Kicol, "Harga gak bohong, sob...".
Gak lama musik intro dari pita suara itu dimainkan, lalu masuk 3 orang penari yang memerankan beberapa tokoh. Jadi Tari Kecak ini seluruhnya menceritakan tentang kisah penculikan Dewi Sita, kekasih arjuna oleh Rahwana. Lalu nanti datang kera putih alias Hanoman yang menyelamatkan Dewi Sita tersebut.
Pokoknya overall gw takjub deh, mana di akhir cerita ketika langit menggelap mereka bermain api dan membuat suasana mejadi lebih eksotis. Dan gw sangat salut sama pita suara penari kecak yang terus menerus sepanjang cerita melatarbelakangi 'musik' dari cerita itu. Infinite Thumbs Up lah!
bersama pemain Tari Kecak |
Pertunjukan yang berdurasi kurang lebih 1 jam setengah itu pun berakhir. Seluruh pengunjung pun bertepuk tangan meriah dan mulai menuruni tempat duduk menuju panggung untuk berfoto-foto dengan para pemain Tari Kecak. Begitupun kita bertiga yang gak mau ketinggalan. Kita minta toong seorang pengunjung untuk mengambil foto kami bertiga dengan beberapa penari Kecak.
Beres foto-foto kita langsung pulang menuju losmen untuk beristirahat, besok harus bangun pagi lagi. Maka motor Mio bersaudara kembali kami tarik pulang. 19.45 kita sampai di losmen, langsung makan makanan yang barusan beli di jalan, terus mandi, sholat dan langsung istirahat tidur... Zzz Zzz Zzz
#Rekapitulasi Pengeluaran :
- Tambal ban : 5.000
- Pura Besakih : 30.000
- Bensin : 20.000
- Makan : 7.000
- Uluwatu : 1.500 (selendang)
- Kecak Dance : 70.000
- Makan : 7.000
Jumat, 2 Juli 2010
-------------------------------------------------------------------------------------
The Lost Key
Kita bangun jam 06.42 dan langsung sholat subuh dan packing karena jam 12.00 tepat kita harus checkout dari losmen. Sebelum kita checkout sebenrnya kita mau nyobain untuk main papan selancar dulu, tapi dikarenakan biaya yang mahal dan duit kita masih sangat diperlukan karena perjalanan masih sangat jauh jadi dia itu diurungkan.
Setelah beres packing kita langsung sarapan dan sebelum pergi dari losmen kita sempatkan dulu untuk bermain air di pantai nusa dua juga melihat-lihat olahraga air yang suka ada di FTV di tv - tv itu lho. Jadi setelah kita sarapan, kita langsung berangkat ke Nusa Dua tanpa mandi.
Sampai di lokasi sekitar jam 09.00, gak pake bayak cincong kita langsung nyemplung main air, karena kita gakboleh lama-lama, setelah cabut dari hotel kita harus langsung cari mesjid untuk sholat Jumat. Kasian udah 3 hari di Bali belum pernah nyobain asinnya air laut pantai di Bali. Si Phillip bawa snorkle jadi bisa snorkling-an deh. Gak lupa foto-foto itu hukumnya wajib disini bos. Dan gw emang mengakui kalo panta-pantai di Bali bagus semua, keren apalagi pasir pantai Nusa Dua yang kayak merica gini. Ide untuk mengoleksi pasir di setiap pantai yang udah kita kunjungi pun muncul, langsung aja kita cari plastik dn ngebungkus pasir pantai disini.
Disaat gw snorkling-an, gw menemukan sebuah kunci motor yang ternyata itu adalah kunci motor yang si Philip bawa. Berarti ini kunci jatoh pas dia lagi berenang tadi. Alhamdulillah banget bisa ketemu di dalam air laut seluas ini. Phillip lagi beruntung berarti. Coba aja kalo gw gak nemuin, pasti udah keblinger tuh si Philip nyari kunci kemana-mana. Kalo mau nyari di laut juga pasti udah jiper duluan ngeliat luasnya laut segimana.
Nusa 2 beach |
Jam 10.25 kita sampe losmen dan langsung mandi. Karena gw sampe duluan, gw mandi duluan dan langsung packing siap-siap untuk cabut (alias udah ganteng). Pas gw mau ngambil jas hujan yang gw taro di bagasi motor, gw lupa naro kunci dimana. Gw gak tau jatoh ato dimana pokoknya gw bener-bener blank banget lupa kemana itu kunci soalnya tadi kan buru banget setelah beres parkir langsung ke kamar. Setiap sudut kamar gw cari gak ada, sampe gw balik ke parkiran motor juga gak ada. Padahal kita harus sholat Jumat, dan gak ada mesjid di sekitar losmen kita ini, kita perlu MOTOR, tapi kuncinya HILANG. Ah gw pusing bukan main itu mah. Tadi di pantai padahal gakjadi ilang, eh udah sampe disini malah ilang.
Akhirnya gw putuskan untuk balik ke tempat rental motor menanyakan apakah masih ada kunci cadangan. Dan memang ternyata ada, tapi biayanya adalah IDR 50.000. Jelas gw gakbisa nawar, orang ini salah gw sendiri. Yaudah gw bayar aja tuh kunci cadangannya dan langsung balik ke losmen buat checkout. Sayangnya dan kurang beruntungnya serta sangat berdosanya....kita melewati Sholat Jumat. Gw sungguh menyesal waktu itu..maafkan hamba yaa Allah...
Beres urusan kunci dan checkout, kita langsung meninggalkan losmen alias rumah sementara kita. Kalo urusan motor masa sewanya masih sampai nanti sore, jadi masih bisa kita pakai seharian ini. Dan ini akan kita kendarai untuk mengunjungi tempat wisata terakhir kita di Bali, yg kemarin sempat tertunda, GWK. Tapi sebelum kesana, kita cari makan dulu. Kita cabut dan berhenti makan di Warung Muslim tempat kita makan kemarin karena searah dengan GWK.
A Pending Mega Project
Sampai di GWK sekitar jam 13.46. Bedanya wisata kali ini denga wisata sebelumnya adalah kita lebih terlihat seperti seorang 'backpacker' kali ini ketimbang wisata kemarin-kemarin yang lebih terlihat seperti tukang minta-minta. Soalnya kita bawa semua barang-barang kita yang biasanya kita taro di losmen. Gak enaknya sih ya jadi agak berat aja kalo mau jalan-jalan mengelilingi isi GWK. Jadi agak males...hehe
Jadi GWK (Garuda Wisnu Kencana) adalah sebuah mega proyek dimana akan dibuat sebuat taman budaya yang berisi bermacam-macam pameran budaya gitu. Dan juga di dalamnya akan dibuat sebuah monumen Dewa Wisnu yang sedang menaiki tunggangannya yaitu Garuda yang sangat besar dari plat perunggu dan tembaga, rencananya setinggi 150 meter. Yang membuat patung Dewa wisnu tersebut bernama Nyoman Nuarta.
Tapi sayangnya proyek ini masih tertunda, mungkin karena alasan biaya. Karena memang pasti butuh biaya yang sangat gila-gila an untuk membangun taman budaya seluas ini. Bagian yang baru jadi adalah badan Dewa Wisnu, kepala Garuda, dan tangan Dewa wisnu. Itu saja tingginya udah 12-an meter, sedangkan rencana monumennya 150 meter. Berarti masih banyak bagian yang belum diselesaikan. seorang pemandu mengataka ini semua baru 20 persen dari seluruhnya. Di sana juga terdapat replika dalam bentuk kecilnya Patung Garuda Wisnu Kencana dalam skala kecil dan memang kalo diskala-kan menjadi besar, patung itu akan sangat besar sekali.
Awalnya gw kira itu patung semua terbuat dari batu yang diukir, tapi ternyata bukan. Jadi si seniman membuat plat-plat dari perunggu dan tembaga dan diberi nomor di bengkelnya yang ada di Bandung. Setelah itu dikirimn ke Bali dan dirangkai plat-plat tersebut menggunakan las hingga menjadi patung sedemikian rupa. Gw juga gaktau kayaknya kurang efisien deh prosesnya ini.
Tapi gw sangat setuju banget mega proyek ini harus cepet-cepet selesai, karena memang konsepnya bagus banget. Taman budaya dan ada monumen setinggi 150 meter untuk memandang Bali dan sekitarnya. Dari site plan yang gw liat, ini bakal jadi salah satu icon Bali, bahkan icon Indonesia. Karena emang keren banget.
Gw berharap setidaknya anak gw lah bisa menikmati mega proyek ini. Karena mungkin ini masih akan berlangsung lama.
Garuda's Head |
Satu lagi yang gw agak gw takjub di tempat wisata kayak GWK ada musholla nya. Meskipun kecil, setidaknya ada tempat untuk menunaikan sholat bagi orang-orang muslim.
Setelah sholat Ashar dan mohon ampun kepada Allah Swt, kita langsung bergegas ke Kuta untuk mengembalikan motor yang kita sewa selama 3 hari ini. Jam di tangan sudah menunjukan pukul 15.23. Kita agak ngebut soalnya takut tempat rentalnya sudah tutup.
Sampe tempat rental dan bertemu kembali dengan Pak Gusti yang baik hati, yang masih setia menawarkan paket perjalanan ke Gili Trawangan dengan harga murah. Padahal memang sebenernya murah, tapi hargnanya tetap masih terlalu mahal buat kita. Jadi kita tolak.
Urusan dengan bapak Gusti dan 2 motornya sudah beres, tujuan kita selanjutnya adalah Pelabuhan Padang Bai. Kita masih bingung mau kesana dengan apa. Setau gw kita harus ke Terminal Ubung dulu terus darisana naik bis yang ke Padang Bai. Tapi karena kita sudah cukup lelah, kita mencoba untuk menawar seekor taksi (lho kok seekor?)........
*Karena terlalu panjang, jadi gw sambung aja ya postingannya. Sabar ya untuk cerita perjalanan berikutnya yang tentang Pulau Lombok dan sekitarnya. Insya Allah tidak lama-lama lagi. Oke, see you next post!
Enjoy
Komentar
bentar yak, lagi ngetik ini juga..puanjaaaang...
Mengerti belum tentu setuju lhoo....
Posting Komentar