Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Kamu Seperti...

Kamu seperti negeri-negeri yang ingin kujelajahi. Seperti aurora di bumi utara. Seperti gurun di Afrika. Seperti laut yang menjadi danau...atau sebaliknya. Padahal bintang-bintang di langit Flores merindukanku. Senja di Belitong dan batu-batunya yang besar berpantun ria ingin memelukku. Bahkan orang-orang Mentawai generasi terakhir berteriak menyebut namaku. Kamu seperti setiap tembakau yang tiada henti kuhisap. Tembakau khas Indonesia, yang digiling halus bersama cengkeh-cengkeh pilihan, di tanah-tanah yang tinggi. Padahal paru-paruku berontak. Anak istriku berteriak. Mereka berhak atas nafas-nafasku itu. Kamu seperti musik yang ingin kumainkan. Seperti lagu yang ingin kulantunkan. Seperti film yang ingin ku-sutradarai. Seperti buku yang ingin kutulis...dan waktu-waktu yang diperlukan bersamanya. Padahal aku seorang insyinyur medioker, yang takluk pada standar, yang probabilitasnya agak tinggi untuk dapat menyuap nasi, atau apapun yang dibutuhkan perut ini. Kamu s

Saat Ini dan Yang Belum Kuceritakan

Gambar
Hai... apa kabar? Sepertinya sudah lama tidak cerita di sini. Belakangan blog ini isinya cuma beberapa sajak-sajak picisan tentang cinta rombeng dan sebagainya yang mungkin sekiranya bisa dicukupkan dahulu. Karena kebanyakan memble juga tidak baik bagi kesehatan. Anyway, setelah sekian lama gw tidak menemukan mood yang baik untuk bercerita di sini, maka saat ini izinkanlah abang bercerita kembali... B-) Gw mau cerita dulu tentang kelulusan gw menjadi seorang sarjana teknik sipil setelah 4 tahun 4 bulan menempuh lika liku kehidupan di Yogyakarta. Kalau ditanya tentang perasaan, tentu akan gw jawab sangat senang. Mengingat apa yang telah dilalui selama di Yogyakarta sungguh suatu perjalanan hidup yang begitu berharga. Padatnya jadwal kuliah, ribuan tugas besar, sibuknya belajar ujian, sampai gw benar-benar dibuat hampir masuk ‘rumah sakit’ gara-gara Tugas Akhir alias skripsi gw yang lama kelarnya.

Kubus Laknat

Gambar
Kubus ini terbuat dari persamaan kuantum tentang waktu dan kecepatannya. Kadang waktu bergerak cepat, lebih sering bergerak lambat. Bagaimana kita menikmatinya. Pagi, siang dan malam rupanya tak ada beda bagi mereka Mereka yang menganggap dirinya gerombolan singa, padahal hanyalah sekumpulan 'munyuk' belaka. Mereka terkapar pulas dalam naungan kipas angin yang bergerak ke kanan dan ke kiri Sementara di luar, orang-orang sedang sibuk berdiskusi tentang teh yang akan diseduh tentang mangga yang mulai sering jatuh atau tentang rindu yang masih utuh Di kubus laknat, satu juta komentar terbuat mulai dari hitamnya Ahmad, sampai tentang bidadari yang lewat. Di kubus laknat, orang-orang tak bisa pergi tertarik gravitasi, atau sekedar mencari penawar sepi. Laskar Merah pun mulai berdatangan. Siap berperang, melawan dedaunan yang jatuh dan ranting-ranting yang telah rapuh. "mereka hanya pantas di neraka!" teriak Laskar Merah sambi

Purnama di Bulan Ketiga

Di bawah purnama di bulan ketiga Aku bungkam Aku mati Aku menyerah dalam pasrah Aku berduka tatkala mereka meraya bahagia Di bawah purnama di bulan ketiga Aku hancur seketika Kupungut diriku yang berserakan tanpa rima Kukemasi perasaanku Lalu menghilang... Yang tertanam, biarlah tetap tertanam tanpa harus ada yg menuai Perasaan ini biar kupelihara sendiri sampai nanti, bulan dan musim berganti... Bogor, 16 Maret 2014

Untuk Kamu Baca Nanti

Di antara sepi dan kesendirian ini aku masih mengagumimu Di dalam luka yang orang-orang tidak pahami, pun dirimu aku masih menyukaimu Bahkan di atas semua kejelasan ini aku masih mengharapkanmu Aku mabuk dalam teori sibuk menyutradarai mimpi tenggelam dalam ketakutanku sendiri Sementara kamu tetap disitu, membisu tak tahu Perasaan ini sudah hidup dan mati, segar dan basi selama ribuan tahun Perasaan yang terlanjur... lebih pantas dibuang, daripada disampaikan atau mungkin, lebih baik kujadikan tulisan Maka, andai kamu membaca ini ketahuilah bahwa aku mengagumimu Aku menyukaimu dan aku mengharapkanmu jadi kekasihku Serta alasan-alasan yang demikian sehingga kamu tidak mengetahui sampai akhirnya aku menulis ini, dan kamu membacanya nanti Yogyakarta, 12 Januari 2014

Di Dalam Kereta Menuju Surakarta

Di dalam kereta menuju Surakarta  Lelah dan kantuk menyesaki gerbongnya  Debu dan keringat mengendap di antaranya  Di dalam kereta menuju Surakarta  Beberapa tak kuasa untuk tetap terjaga  Mereka terlarut dalam mimpi  Merindu apa yang menunggu di rumah nanti  Nikmatilah!  Kiranya 30 menit sudahlah cukup  Untuk melupakan hutang piutang  Untuk melupakan cicilan  Untuk melupakan sekarang, besok dan semuanya...  Biar bagaimanapun, hari ini adalah hari ini  dan hari ini akan segera berakhir  Entah pada air panas dari pancuran  atau pada hidangan makan malam  Entah pada pelukan  atau pada ciuman...  Bersyukurlah kalian masih punya mereka  mereka yang menanti setia  mereka yang menanti mesra, penuh cinta...  Setibanya nanti di Surakarta Antara Yogyakarta dan Surakarta, 15 Januari 2014

Untuk Amanda (baca: Srikandi)

Ini adalah isyarat Aku harap, aku tidak salah memahaminya Semalam kulihat di televisi gadis manis yang mahir baca puisi Sekarang, aku akan meramal Dia akan membaca tulisanku lantas mulai menyapaku pergi pulang membawa rindu... Aku bukanlah sesiapa Bukan si Esa, apalagi Arjuna Manusia boleh usaha, Kau dan Tuhan yang berikan lanjutannya...