Tentang Kuliah dan Fungsinya

Kali ini gw akan berbagi pikiran dengan para pembaca sekalian melalui tulisan yang cukup panjang (bagi gw). Akan lebih nikmat bila ditemani secangkir kopi dan sebatang kretek favorit. Ups, karena gw sudah berhenti merokok, jadi gw siapin kopinya aja ya.
Gw bukan mau ceramah atau menggurui atau apapun lah yang semacamnya, tapi hanya ingin berbagi dan bertukar pikiran saja demi kelangsungan hidup yg lebih baik. :)
Enjoy!


Sebentar...gw bingung mau mulai darimana...
Ummm...oke, kita mulai dari pertanyaan pendek ini,
"Untuk apa sih kuliah???"

Dan mungkin jawaban orang bakal berbeda-beda.
Salah satunya yang paling umum adalah,
"Ya buat nyari ilmu lah, ilmunya buat nyari kerja, biar bisa dapet uang untuk hidup..."

Dulu jawaban gw juga seperti ini. Tapi setelah gw 2 tahun lebih sedikit menjadi mahasiswa dan merasakan bagaimana yang namanya perkuliahan itu, gw ganti jawaban gw!
Meskipun gw belum pernah ngerasain yang namanya nyari kerjaan, tapi gw merasa apa-apa yang gw dapet di kelas itu tidak semuanya akan berpengaruh saat gw kerja nanti. Bahkan dosen gw aja pernah nge-wanti-wanti kalo kuliah yang kita dapet di kelas itu nantinya hanya akan berpengaruh 10% waktu kita sudah masuk dunia kerja.

Sisanya? Biarlah kakandamu yang guanteng ini bercerita sedikit ya, adinda... ^^


Tulisan di Kaskus beberapa waktu yg lalu cukup membuka pikiran gw tentang masalah ini. Sesaat setelah membaca tulisan itu gw mulai berpikir, dan cemas. Imajinasi gw melayang gak karuan...

"Sebenernya selama ini gw susah payah kuliah tuh buat apa sih?"

Pertanyaan ini yang berulang-ulang muncul di kepala gw selama 24 jam lebih, menemani keseharian gw...

Sampai akhirnya gw berhenti dan menemukan pencerahan. Bahwa intisari dari menjalani dunia "perkuliahan" itu adalah mengembangkan potensi diri dan menambah jaringan pertemanan.

Mungkin benar kata dosen gw yang bilang bahwa apa-apa yg kita dapet di kelas itu hanya akan terpakai 10% nya saja saat kita lulus nanti. Tapi itu tergantung dari pilihan kita setelah lulus nanti, apakah mau menjadi abdi dalam pengembangan ilmu pengetahuan seperti dosen, peneliti, dan ilmuwan. Atau menjadi insinyur saja yang langsung bisa kerja dan menghasilkan uang.

Kalau mau jadi abdi dalam ilmu pengetahuan, jelas ilmu-ilmu di kelas selama perkuliahan akan sangat berpengaruh untuk di kemudian hari setelah kita lulus nanti. Karena ilmu-ilmu tersebut akan terus dibawa untuk melanjutkan pendidikan yg selanjutnya, dan untuk meneliti hal-hal yang baru dalam ilmu pengetahuan tersebut serta membaginya ke orang lain. Bagi orang-orang yg seperti ini, mereka perlu paham betul dan detil tentang apa yang ipelajari di kelas, dalam hal ini ilmu pengetahuan. Ini menjadi penting untuk mempertahankan estafet ilmu pengetahuan yang telah terkikis oleh kecanggihan teknologi. Orang-orang seperti ini yang akan menjaga kemurnian ilmu pengetahuan tersebut.

Beda halnya kalau kita mau jadi insinyur saja yang langsung bisa kerja dan menghasilkan uang. Ilmu-ilmu yang sudah didapatkan di kelas mungkin hanya 10%nya saja yang akan terpakai di dunia kerja, karena teknologi dewasa ini sudah sangat maju. Tinggal masukin data ke dalam komputer, tekan satu tombol, lalu hasilnya keluar, beres. Semua hal yang sudah dipelajari selama 4 tahun lebih, terasa sangat sia-sia sekali kalau judulnya seperti ini sih. Mau ngitung kestabilan struktur gedung bertingkat misalnya. Dengan program tertentu, kita tinggal masukin data-data yang diperlukan, lalu sisanya biar komputer yang menghitung, beres! iya beres!

Apakah semudah itu tugas insinyur kelak? kalau memang begitu, berarti semua orang bisa jadi insinyur. Tidak ada yang spesial. kalau begitu gak perlu juga kuliah lama-lama, tinggal pelajari bagaimana cara menggunakan software yang biasa dipakai untuk pekerjaan insinyur, langsung siap kerja!

Ya enggaklah! Kenapa? Karena masalah di lapangan nantinya gak semudah seperti apa yang kita bayangin barusan. Gak cuma asal ngitung ketemu hasil, beres. Tapi hal-hal yang tidak eksak lah yang akan lebih banyak terjadi di dalam dunia kerja nantinya. Maksud gw, dalam menyelesaikan suatu masalah. Iya kan? Insinyur itu ada untuk menyelesaikan masalah kan? Kalo masalah hitungan, memang tinggal minta bantuan komputer, tapi kalo masalah lain? Masalah pendekatan dengan masyarakat misalnya, atau cara me-manage manusia yang sifatnya berbeda-beda, atau bekerja sama dalam tim, atau masalah alam yang tidak bisa diterka? Apakah itu semua diajarkan di kelas? Tidak! dan ironisnya, malah hal-hal seperti itu yang banyak terjadi di dunia. Hal-hal yang tidak eksak. Buat contoh sederhana, pekerja dan bos bedanya apa sih? Tadi yang gw bilang, pekerja cuma bisa ngitung doang make software, sedangkan bos selain bisa ngitung, dia sebagai pengelola para pekerja agar kerjaan bisa selesai dengan baik. Bos harus bisa me-manage anak buahnya dengan baik, bos harus bisa mengambil keputusan yang baik teknik apa yang harus digunakan agar hasil pekerjaan optimal, bos harus mengerti bagaimana cara memperkecil resiko dan kerugian. Bos adalah pemimpin dan tauladan, dia sangat berpengaruh. Dan sekali lagi gw bilang bahwa kemampuan untuk menjadi bos tidak diajarkan di kelas.

Di dalam menghadapi sebuah masalah, tentunya kita juga akan dihadapkan dengan suatu dilema, dilema untuk memilih bagaimana solusi terbaik yang harus diambil untuk menyelesaikan suatu masalah. Malah kadang-kadang semua pilihan yang ditawarkan tidak ada yg dapat menyelesaikan masalah, tetapi kita harus memilih pilihan terbaik dari sekian pilihan tersebut. Misal gw ambil sebuah contoh, ketika kita dikejar sekelompok monster yang hendak memakan kita, lalu kita sampai di ujung jurang. Pilihannya, mati jatuh ke jurang, atau dimakan oleh sekelompok monster tersebut? Dua-duanya pilihan yang berat, bukan? Namun kita dipaksa untuk menentukan pilihan yang terbaik dari itu semua. Kalo gw pribadi misalnya, lebih memilih melawan monsternya, meskipun mati, setidaknya gw bisa dikenang sebagai 'manusia yang pernah melawan monster'. That's the best choice i think... Yaah mohon maaf kalo contoh yg gw ambil saat ini agak kurang dewasa. Mungkin para pembaca punya contoh yg lebih baik??

Suatu keputusan (judgement) yang kita ambil haruslah yang terbaik dan bisa dipertanggungjawabkan. Tentunya untuk mencapai keputusan ini seorang insinyur sudah mempertimbangkan segalanya. Nah, hal ini lah yang akan membedakan insinyur yang satu dengan insinyur yang lain. Jadi, insinyur yang baik adalah insinyur yang hebat dalam mengambil keputusan dan bisa mempertanggungjawabkannya. Inilah harga sebuah insinyur itu di dunia kerja.

Balik lagi ke masalah "kuliah untuk apa sih?", lantas apa hubungannya ini semua?
Nah, gw kan pernah bilang kalo di dunia kerja nanti yang kita terima di kelas itu hanya akan kepake 10%nya saja. Sisanya apa? Sisanya adalah softskill dan pengalaman (jam terbang), yang didapatkan di luar kelas (kebanyakan, CMIIW) tergantung bagaimana masing-masing orang menghabiskan waktunya di luar kelas. Kalo menghabiskan waktunya hanya untuk tidur, ya sama saja bohong. Beda banget sama orang yang menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan orang lain dan membangun softskill / Emotional Intelligence Quotient (EQ).

Sedikit pengetahuan, bahwa softskill sendiri dibagi menjadi 2, yaitu intrapersonal softskill yaitu keterampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri untuk pengembangan kerja secara optimal. Contohnya manajemen waktu, manajemen stress, berpikir kreatif, dsb. Sedangkan satu lagi adalah interpersonal softskill yaitu ketrampilan seseorang dalam hubungan dengan orang lain untuk pengembangan kerja secara optimal. Contohnya kemampuan memimpin, kemampuan negosiasi, kemampuan membuat relasi, dsb.

"Ngembangin softskill mah gakusah di kampus lah, ikutan ESQ-nya Ary Gunawan atau trainingnya Mario Teguh juga bisa...Gak harus ngabisin uang berjuta-juta untuk kuliah 4 tahun."


Mungkin ada yang bertanya seperti itu. Gw punya jawaban sendiri untuk pertanyaan itu. Yah itu kembali lagi ke pilihan masing-masing, mau jadi apa kita nantinya. Kalo mau jadi insinyur, ya gakbisa kalo cuma modal ikut ESQ-nya Ary Gunawan atau trainingnya Mario Teguh. Insinyur tetep butuh kuliah, setidaknya kenal akan dunia yang akan dijalaninya kelak. Untuk mencapai 100%, 10%nya itu tetep diperlukan, sob.

Jadi, mau kuliah atau tidak, itu pilihan masing-masing orang tergantung mau jadi apa mereka nantinya. Bagi mereka yang ingin menjadi abdi ilmu pengetahuan, kuliah adalah kewajibannya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Bagi mereka yang hanya ingin "kerja", memulung sampah plastik pun adalah sebuah pekerjaan, tidak perlu kuliah. Sedangkan bagi mereka yang ingin jadi Valluable Engineer, kudu kuliah dan manfaatin waktu selama masa kuliah dengan sebaik2nya untuk mengmbangkan softskill dan membangun networking (jaringan pertemanan). Bukankah hidup itu tentang pilihan, adinda?

"Untuk apa sih kuliah?"


Jawaban gw sekarang, sebagai sarana untuk mengembangkan diri dan membangun jaringan pertemanan. Bahasa kerennya untuk belajar mengenai kehidupan dan menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Sehingga gw siap untuk menggapai semua impian gw. Dunia perkuliahan adalah "Kawah Candradimuka" gw, dan gw harus memanfaatkannya dengan baik supaya kerja keras gw dan orang tua gw gak sia-sia nantinya. Gw gak tau pada akhirnya gw bakal jadi apa setelah lulus, tapi gw merasa bahwa kegiatan di luar kelas lebih mengasyikkan dan dapat membantu gw menemukan jati diri gw. Bertukar pikiran dengan sahabat, berkumpul dan menyelenggarakan sebuah acara, membantu sesama, belajar mengelola struktur organisasi, dan menghadapi berbagai macam sifat serta karakteristik manusia. Banyak juga hal-hal pahit, namun itu semua adalah sebuah pelajaran yang sungguh sangat berharga untuk menjalani dinamika dan realita kehidupan. Miniatur kehidupan di dunia itu bukan di dalam kelas.

Sampun, segitu saja kiranya yang pengen gw share dan diskusikan. Monggo yang mau diskusi masalah ini, saya siap menemani. Semua tulisan di atas hanya buah pikiran pribadi gw sebagai manusia yang sudah diberi kemampuan untuk berpikir oleh Tuhan Yang Maha Esa, jadi kalo gw salah mohon dimaafkan, itu kesalahan gw, bukan kesalahan pencipta gw.

cheers!!

"Manusia dicipatakan untuk saling berbagi dan mengingatkan satu sama lain"


Komentar

Anonim mengatakan…
Jika kau suka sekolah maka kau suka kerja
-irvin welsh
arcky mengatakan…
dan 'kerja' itu bermacam-macam jenisnya... :)
fredo-satriani mengatakan…
kuliah dan kerja itu adalah suatu variabel saling berkaitan dimana tingkat ke-fafifu-annya sangat tidak dapat terprediksi sehingga menghasilkan berbagai macam kemungkinan2 dan kombinasi kombinasi yang random
arcky mengatakan…
jadi menurutmu semua yg akan terjadi nantinya adalah sesuatu yg random?
malikarizqia mengatakan…
interesting!
arcky mengatakan…
emang gw mah dari lahir ditakdirkan menarik perhatian lik..
i was born to be interesting

Postingan populer dari blog ini

Iya po??

Natasa

Corona Love