Saat Ini dan Yang Belum Kuceritakan
Hai... apa kabar?
Sepertinya sudah lama tidak cerita di sini. Belakangan blog ini isinya cuma
beberapa sajak-sajak picisan tentang cinta rombeng dan sebagainya yang mungkin
sekiranya bisa dicukupkan dahulu. Karena kebanyakan memble juga tidak baik bagi
kesehatan.
Anyway, setelah sekian lama gw tidak menemukan mood yang baik untuk bercerita di sini, maka saat ini izinkanlah abang
bercerita kembali... B-)
Gw mau cerita dulu tentang kelulusan gw menjadi seorang sarjana teknik
sipil setelah 4 tahun 4 bulan menempuh lika liku kehidupan di Yogyakarta. Kalau
ditanya tentang perasaan, tentu akan gw jawab sangat senang. Mengingat apa yang
telah dilalui selama di Yogyakarta sungguh suatu perjalanan hidup yang begitu
berharga. Padatnya jadwal kuliah, ribuan tugas besar, sibuknya belajar ujian,
sampai gw benar-benar dibuat hampir masuk ‘rumah sakit’ gara-gara Tugas Akhir
alias skripsi gw yang lama kelarnya.
Hadiah untuk Ibu & Papah |
Tapi justru kesusahan-kesusahan itu yang bikin momen kelulusan gw menjadi
semakin spesial. Semakin banyak dan semakin berat kesusahan selama kuliah,
justru membuat gw semakin bahagia saat semua itu usai. Apalagi yang selama ini
kita kenal dengan istilah ‘wisuda’. Mungkin sebagian orang ada yang merasa
biasa aja dengan momen wisuda ini. Tapi mohon maaf, gw tidak. Jelas saja, ini
adalah hari yang gw tunggu-tunggu selama ini. Hari dimana gw akan memberikan kado
kepada orang tua gw dan orang-orang yang mendukung serta mendoakan gw selama
ini. Yah, meskipun masih seperti ‘ngambil rapor’ waktu SD, SMP atau SMA, gw
tetap bahagia. Gak usah malu untuk bilang, “This
is my f*ckin’ day!”
Sebaliknya, kebahagiaan-kebahagiaan yang terjadi di antara itu semua selama
di Yogyakarta, justru membuat gw sedih. Semakin banyak kebahagiaan yang terjadi
selama di Yogyakarta, justru malah membuat perasaan gw saat kelulusan semakin
sedih. Sedih karena harus meninggalkan semua kenangan-kenangan indah itu tetap
di Yogyakarta. Sedih karena gw harus meninggalkan Yogyakarta, dan sedih karena
gw pasti akan rindu.
Benar saja, baru sebulan meninggalkan Jogja, kangen sudah melanda.
Rasa-rasanya ingin sekali menghabiskan waktu di Jogja lagi bersama kawan-kawan.
Berangkat pagi ke kampus langsung nongkrong di Kandang Munyuk. Habis itu baca
koran sambil nyeduh teh. Selesai baca koran, lanjut gojek-gojek kere alias ngobrol dan bercanda bareng
penghuni-penghuni Kandang sambil merhatiin mahasiswi-mahasiswi yang lewat.
Waktu seakan-akan berjalan lambat. Siangnya, makan bareng bersama entah dimana.
Biasanya, makannya cuma setengah jam, tapi mikir mau makan dimananya bisa
sampai 2 jam sendiri! Sore hari adalah waktu yang tepat untuk sekedar duduk
santai di lincak sambil setel musik pakai speaker
warisan yang sudah uzur. Kalau ada lawan, bisa diajak main tenis meja biar
badan berkeringat. Atau sekalian jogging santai keliling GSP. Duh, how i miss Jogja. Padahal ini baru
sebulan!
Yah, mungkin ini semua hanya perasaan sementara akibat kondisi gw sekarang
yang sedang dihadapkan oleh sesuatu yang baru; Kerja Kantoran!
Alhamdulillah beberapa hari setelah wisuda, gw lulus ujian tes untuk masuk
program Management Trainee di salah
satu BUMN jasa konstruksi Indonesia. Menurut cerita-cerita kawan yang sudah
masuk duluan, freshgraduate semacam
gw ini pasti bakal ditempatin langsung di lapangan, dalam hal ini di lokasi
proyek. Lokasi proyek perusahaan tersebar di seluruh Indonesia dari Sabang
sampai Merauke. Wah, seru juga! Bosan kan 4 tahun cuma belajar teorinya aja di
kelas tanpa praktek langsung di lapangan?
Setelah melalui beberapa tahap persiapan, akhirnya sampailah pada saat
pengumuman untuk penugasan dan lokasi penempatan. Meskipun gw sudah berdoa agar
diberi hasil yang terbaik dan mencoba untuk menenangkan diri, tetap saja
perasaan khawatir muncul. Saat surat tugas dibagikan, semua ekspektasi gw
sebelumnya meleset. Gw diberi penugasan di kantor pusat yang mana lokasinya
adalah di Jakarta. Pupus sudah harapan gw untuk terjun langsung ke lapangan,
pakai helm proyek dan safety shoes
sambil menerapkan ilmu-ilmu yang udah didapatkan di dalam kelas selama 4 tahun.
Senin sampai Jumat gw masuk kantor jam 8 pagi, pulang jam 5 sore, kadang
lembur sampai jam 8 malam. Selama itu, posisi hanya di depan layar laptop dan
di dalam ruangan ber-AC. Belum lagi kalau mau pulang atau berangkat dari kosan
ke kantor harus berjibaku dengan fenomena ibukota: macet dan polusi. Entah
kenapa gw merasa ada perbedaan yang ganjil dari udara di kota Jakarta ini
ketimbang kota-kota lain semacam Bogor dan Jogja. Gak ada seger-segernya acan...
Pantas saja ada istilah “Thanks God,
It’s Friday!” dan “I hate Monday”.
Akhirnya gw mengerti sekarang, perasaan ketika memasuki hari Jumat dan perasaan
ketika, “Wah, besok udah hari Senin
aja...”.
Gw sempet heran. Kok bisa-bisanya gw kerja di kantoran, di Jakarta pula.
Seandainya bisa memilih, gw lebih pengen punya pekerjaan di Jogja atau di
Bogor. Atau sekalian yang jauh ke luar pulau, kalaupun itu kerja kantoran. Dan
seandainya juga gw bisa memilih, gw lebih pengen kerja di lapangan atau kerja outdoor. Di lokasi proyek misalnya, atau
di hutan sekalian. Pokoknya suasana baru selain ruang-ruang kelas, kursi, meja
dan Air Conditioner.
Jujur saja, sudah hampir 1 bulan berada di kantor ini, belum ada yang bikin
gw betah. Uang saku yang diberikan pun belum cukup membuat gw merasa betah.
Entah. Pikiran dan perasaan gw mulai campur aduk gak karuan. Ide-ide liar mulai
bermunculan. Semuanya bertempur di kepala, membuat gw semakin bingung dan
galau. Duh!
Lalu gw mencoba untuk menenangkan pikiran, mencoba menenangkan hati.
Membuka mata, lebih lebar. Melihat ke sekeliling... Mungkin ada petunjuk untuk
menjawab kegundah-gulana-an ini.
Sampai akhirnya gw memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Gw sudah sepatutnya
mensyukuri apa yg sudah gw dapat, meskipun itu bukan yang gw mau. Tapi bukan
berarti gw tidak bisa. Mungkin ini cara Tuhan menunjukkan rasa sayang. Yang gw
tahu, Dia Yang Maha Tahu, Dia Yang Maha Mengerti. Tinggal gw mencari, "Apa sih maksudnya ini?". Jadi sebenarnya gw tidak perlu khawatir kalau gw
sudah berdoa dan meminta, tapi Dia memberikan yang sebaliknya. Yakin saja itu
adalah hal yang terbaik untuk saat ini.
Mungkin saja gw disuruh mencari pendamping hidup dulu. Kemungkinan untuk bertemu dengan gadis manis di kantor (apalagi ibukota) kan lebih tinggi ketimbang di lapangan (apalagi di daerah/pedalaman). :-)
Kira-kira begitu...
Baiklah, itu saja yang ingin gw sampaikan kali ini.
Komentar
gw di Kalibata. Ente Jakarta Warrior juga ya?
Posting Komentar