Meracau

Izinkan diriku sedikit meracau. Sejenak... Hanya sejenak...
Ini tidak ada hubungannya dengan umur ataupun kedewasaan. Mengerti?
Baiklah, aku mulai...

Rasa-rasanya ini adalah titik terendahku dalam 5 tahun terakhir, atau mungkin dalam 10 tahun terakhir.

Boleh dikatakan kalau aku dibesarkan oleh rasa sabar. Bagiku, menunggu seperti bernafas. Sudah biasa. Namun, akhir-akhir ini agaknya aku sesak nafas dan hampir lewat. Rasanya semua yang sudah aku bangun di atas bantal akan runtuh seketika. Mimpi dan khayalan itu, mereka semakin menggila dan semakin menjadi. Namun, dalam waktu yang bersamaan, juga semakin menyakitkan.

Padahal aku sedang di ujung tanduk studiku. Di ujung jembatan mimpiku. Dalam kondisi kritis ini, salah langkah sedikit bisa jatuh berguling-guling. Aku tidak mau!

Tekanan dan kekhawatiran menerjang dari berbagai penjuru. Aku tidak bisa bergerak, terperangkap hipotesa dan spekulasiku sendiri.

Semuanya bagaikan rayap yang menggerogoti kusen jendela rumah.

Saat ini, masa depan terkesan buram, malah cenderung menyeramkan. Mereka yang pernah ada, kini tampil seakan mengejek dan menyindir kualitas kebahagiaanku. Mereka tepat waktu dan tepat sasaran. Saat ini, aku kena telak.

Semakin aku mencari tahu, semakin aku membunuh diriku. Masalahnya hidupku adalah mencari tahu. Aku tak bisa hidup tanpa itu, setidaknya untuk saat ini. Dengan begitu, aku hidup dan mati bersamaan.

Penantian yang tak kunjung berakhir, kesempatan yang tak kunjung tercipta, jarak yang tak kunjung bersahabat, nyali yang tak kunjung genap, serta waktu yang kian berlalu.

Sebuah keputusan harus diambil!

Semoga Tuhan mendengar dan mengerti semua ini. Ampuni daku jikalau meragukan-Mu.

***

Mungkin ini tulisan paling tidak bermartabat sepanjang sejarah blog ini tercipta. 
Mungkin juga setelah terciptanya tulisan ini, semua bisa berubah.

Jam berapa ini? Perutku harus diisi...

Komentar

Anonim mengatakan…
Aku beberapa kali berkunjung ke blog ini. Tulisan ini, bukan yang paling tidak bermartabat, hanya saja tidak biasa. Tidak seperti tulisan lain yang selalu bersemangat.
Em, kalo boleh jujur, saat membaca tulisan ini aku merasa senasib. Berada di ujung tanduk masa studi. Kurasa karna hal itu.
Em, aku tak peduli dengan yang orang lain katakan dan berusaha mengenyahkan berbagai tekanan yang menerjangku. hidup adalah pilihan dan pilihanku jatuh pada hal lain. bukan berarti studiku tidak penting, tapi ada hal lain yang tiba-tiba datang dan harus aku tempatkan diurutan pertama. tentunya tidak benar-benar mengabaikan studiku.
kurasa keputusan sudah diambil olehmu, benarkan?
dan kuharap semuanya sudah berubah, meski mungkin baru sedikit.
Semangat2 ^^
Salam kenal...
arcky mengatakan…
Hai salam kenal juga!
Terimakasih sblumnya sdh mampir kesini :-)

sejujurnya ini bukan hanya soal masa studi yg diujung tanduk dan pilihan lainnya.

Ada hal lain yg sengaja aku samarkan dalam tulisan ini. Hanya aku n Tuhan yg menegerti :-)

Anyway, semangat jg utk dirimu!
Anonim mengatakan…
"Mereka yang pernah ada, kini tampil seakan mengejek dan menyindir kualitas kebahagiaanku. Mereka tepat waktu dan tepat sasaran. Saat ini, aku kena telak."

WOW!! Isn't all people at your age feel like that? You, my man, are not alone. Dengan kerisauan mengenai hal berbeda-beda, kiranya emang ada masanya, walau saya sendiri heran sih kayaknya ada juga yang ga merasa demikian. Maybe their life are on a silver platter *judging* :p

Anyway, kalau belom tau, dan kalau mau tau, cari nih ada lagunya, bagus lah buat masa2 nemenin masa2 begitu. Cari sendiri ya.

"Weep for yourself, my man,
You'll never be what is in your heart
Weep, little lion man,
You're not as brave as you were at the start
Rate yourself and rake yourself
Take all the courage you have left
And waste it on fixing all the problems that you made in your own head"

Yah ada bagian lain dari lagunya agak ga nyambung sih, tapi bagian itunya (Y) kan? ;)

Postingan populer dari blog ini

Iya po??

Natasa

Corona Love